Cerita Sex Cinta Terlarang
Aku, Salim 22 tahun, memiliki seorang tante yang berusia 21 tahun. Kok bisa? begini cerita nya. Saat aku berusia 1 tahun, tante aku baru lahir (Teman ts juga ada yang seperti itu soalnya). Ini membuat tante aku terlihat seperti dia adikku padahal dia faktanya adalah tanteku yang tak lain adalah… adik dari ibuku.
Keluarga kami bukan keluarga yang… betul betul harmonis. Ayah ibuku lebih seperti diktator dan mereka juga tak jarang menindas yang lebih muda. Tanteku? Senasib. Dia sering dimarahi oleh nenek ku dan ibuku juga. Kami berdua senantiasa dikekang, tidak boleh ini itu sampai sma semua mulai dilonggarkan.
Untuk mencegah hal hal aneh juga bahan omongan orang orang reseh, kami berdua mengaku sepupu meski kenyataan tidak demikian. Dia cantik dan tentunya… masih sangat muda namun… dia dipaksa menikah oleh nenek ku di usia 18 tahun saat baru lulus sma. Dia sebenarnya sangat sedih karena dia ingin kuliah juga.
Aku sudah tahu itu akan terjadi karena tanteku tidak memiliki rasa cinta terhadap suaminya. Dia beruntung dia belum sempat hamil. Aku melanjutkan kuliah ku di Vancouver, Canada mengambil jurusan teknik sipil. Aku tinggal di apartemen seorang diri di sana.
Apartement ini masih memiliki 1 kamar kosong dan 1 kamar mandi juga, tapi karena yang tinggal hanya Aku Seorang, jadi kamar itu dibiarkan terbengkalai tapi tetap sering aku bersihkan.
Suatu pagi, saat aku baru selesai sarapan, ada seseorang yang mengetuk pintu ku. Aku buka pintu itu dan… tanteku di depan sana seorang diri membawa koper nya. “Lah tante. Kok bisa di sini? Kenapa ya? Tumben dadakan.” Tanyaku yang sangat terkejut. “Tante menyusul kamu lah. Kuliah. Gak banget deh menikah di usia segitu muda.
Setelah dia masuk, dia tiba tiba memeluku aku dan menangis. “Tante senang banget sekarang, Lim. Merdeka. Dah cerai sama dia.” Tangis nya. “Mama kamu yang membantu tante nanti kuliah di sini. Hiks…” tangis nya. Aku membelai Rambut tante ku. Sungguh, meski dia tanteku, aku merasa… aneh… karena ada dentuman cinta di hatiku.
Suatu perasaan di mana aku ingin melindungi dia dan menjaganya seperti seorang kekasih. Dia sangat cantik dan tubuhnya juga sangat indah. Tinggi 165 cm berat 45 kg. Tubuhnya sangat bagus dan langsing. Rambut panjang lurus dan kadang dia masih memakai bando yang ada pita nya membuat dia terlihat seperti anak anak.
Aku yang menghabiskan banyak waktu bersama dia sejak kecil, tentu saja sangat akrab dengan nya. Dia seperti seorang adik bagiku. Meski dia tanteku, dia lebih muda dan tentu saja sikap dia ya sama saja dengan perempuan seusia nya. Tanpa basa basi, dia melepaskan pelukan nya dan segera membereskan barang barang nya.
Untungnya aku sedang libur kuliah saat itu dan dia akan mulai kuliahnya di fakultas hukum. Awalnya dia ingin menjadi seorang dokter tapi sejak kasus kdrt yang sering dia alami, dia berubah haluan ke hukum.
Ya itu hak asasi dia. Bukan urusanku. Dia ini yang kuliah, pikirku. Setelah dia membereskan semua barang nya di kamar besar yang terbengkalai tapi tetap bersih itu, aku mengajaknya ke bank untuk membuka rekening bank dan segala macam urusan agar mempermudah hidupnya di Canada.
Setelah seharian penuh menelusuri kota itu dan mengurus segala hal administrasi, kami pergi makan malam dan pulang kembali ke apartemen untuk beristirahat. Setelah mandi, kami berdua nonton tv.
Usut punya usut, tanteku ternyata fasih berbahasa inggris dan saat aku tanya dari mana dia mempelajari bahasa itu dalam waktu singkat, jawabannya…
Dia menyukai teori konspirasi yang berbau alien, UFO dsb. Itu sebab dia mempelajari bahasa itu dalam waktu singkat. YouTube nya dia sendiri juga tidak ada bahasa indo nya. Jelas saja dia fasih dalam waktu singkat. Kami berdua sedang menonton drama kung flu parodi berjudul “kisah Li Jun” yang tentunya ada subtitles bahasa inggris.
Kami berdua tertawa dan aku sendiri jujur saja belum pernah melihat dia begitu bahagia, seperti seseorang yang baru keluar dari penjara. Senyumnya asli tidak dibuat buat dan tak lama kemudian, dia menangis dan memelukku. “Tante, kenapa lagi? Film lucu gitu kok malah menangis?” Tanyaku heran.
“Tante Sudah lama tidak tertawa dan bahagia seperti ini, Lim. Hiks.” Jawabnya sambil menangis. “Pernikahan Tante itu juga didukung oleh mama mu. Dia merasa bersalah dan sebagai ‘kompensasinya’, dia akan membiayai kuliah tante.” Jawab tanteku. Aku Kemudian merangkul nya dan memeluk dia sambil mencium keningnya.
Aku berkata pada Tanteku. “Kompensasi? Hati orang sudah terluka segitu parahnya dibilang kompensasi? Uang bisa dicari tapi waktu tak akan kembali”. “Betul Lim. Susah dah ngomong sama mereka.
Tante sih mending tinggal di sini saja dah. Ogah balik lagi. Ketemu mereka mereka lagi. Mulut sampah semua. Gak paman kamu, tante tante kamu yang lainnya, bahkan om om kamu juga.
Sedikit background saja, aku anak tunggal dan orang tua ku juga pengusaha sukses di bidang kuliner dan distributor bahan elektronik. Dengan uang yang dimiliki oleh ibu ku, tentu saja biaya kuliah untuk tanteku bukan masalah. Mantan Suami tanteku menghilang tanpa jejak dan tak berkabar lagi.
Tante ku kemudian tertidur. Aku kemudian membaringkan dia di sofa tempat kami menonton tadi dan menyelimuti dia tengan selimut agar tidak kedinginan. Setelah itu, aku kembali ke kamarku dan tidur. Besok paginya saat aku bangun, sarapan sudah tersedia di meja. Siapa lagi kalau bukan tanteku yang cantik itu.
“Halo Lim. Met pagi. Dah bangun kamu? Gih sarapan. Kuliah jam berapa kamu nanti Lim?” Tanya tanteku yang sedang mencuci perabotan kotor. Dari belakang, aku mendaratkan daguku di bahunya. “Hai tante cantik. Jam 2 siang aku kuliah sampai jam 5. Tante nanti mau ke mana?” Tanyaku.
Dia tersenyum saja saat aku mendaratkan daguku di bahunya bahkan tangan kanannya mengusap wajahku. “Eh tante mah bebas. Kan belum kuliah. Dek. Nanti siang makan apa ya? Makan di luar yuk dek. Yang enak. Makanan barat aja.” kata nya. “Ok tante cantik. Dengan senang hati.” Jawabku dengan semangat dan langsung menyantap sarapanku dengan lahap.
Beberapa jam kemudian, setelah kami beres beres dan mandi, kami berdua bersantai dulu sejenak. Tanteku senantiasa menceritakan penderitaan nya selama dia menikah dengan suaminya. Dia dengan jujur berkata kalau ibuku dan nenek ku malah membela mantan suami nya yang kerap melakukan kekerasan. Tanteku sempat depresi dan hampir bunuh diri.
Aku jujur saja menjadi kesal dengan nenek dan ibuku. Sungguh kenapa mereka berdua begitu tega terhadap tanteku? “Sudah lah Tante. Sudah berakhir masa masa kelam itu. Sekarang kan tante sudah bebas. Santai aja tante. Oh iya… nanti di luar, seperti biasa ya… Aku panggil tante, dedek. Jadi biar gak pada heboh.
Kami berdua kemudian makan siang di tempat restoran yang terkenal di Vancouver. Ya makanan sih memang enak tapi lebih bagus kalau makan malam.
Kan malam lebih romantis. Sepanjang perjalanan, kami senantiasa bergandengan tangan layaknya kekasih. Aku tahu tanteku tersenyum saat aku memberanikan diri memegang tangannya tapi aku tidak melihat.
Aku kemudian mengantar tanteku pulang ke apartemen dan aku pergi kuliah. Setelah kuliah, aku pulang dan langsung mandi. Tanteku sudah menyiapkan makan malam. Dia jago memasak. Saat dia sedang menyiapkan makanan untuk ku, aku dengan iseng memeluknya dari belakang dan mencium wajah cantiknya. “Halo Tante cantik.
Reaksi dia? Dia hanya tersenyum saja dan memegang wajahku. Dia juga kemudian mencium pipiku dan mencolek hidungku. “Nakal ya kamu. Hehehe. Coba mantan suami tante mesra seperti kamu. Pasti tante bahagia.” Jawabnya dengan lembut. “Lim. Makanan dah mau siap. Yuk kita makan.” Katanya dengan tersenyum.
Tak terasa sudah 2 bulan kami berdua tinggal bersama. Kami berdua semakin akrab. Aku yakin tanteku pasti sangat merana dengan mantan suaminya. Dia juga sesekali menyuapi aku. Di meja makan itu kami terlihat layakanya sepasang kekasih. Setelah makan dan mencuci piring, kami berdua duduk dan menonton kisah drama cinta terlarang.
Aku membayangkan seandainya… Aku ada kakak perempuan yang cantik seperti Patricia, bukan tak mungkin aku mau menghamili kakakku sendiri. Ah itu semua hanya khayalan saja yang tak masuk akal. Tanteku mulai meneteskan air mata nya. Dia terharu dengan akhir kisah itu. Aku memeluknya dan mencium pipinya.
“Iya sih Lim. Gak kebayang kalau itu benar terjadi di dunia nyata. Kayaknya seru tuh.” Kata tante ku sambil tersenyum. “Eh Tante mah aneh aneh aja. Hehehe. Kalau gitu logika nya, emang tante mau pacaran sama anggota keluarga sendiri?” Tanya ku menggoda nya. “Mungkin saja. Kalau dia lebih baik dari mantan suami tante.
“Heh tante. Hehehe. Jadi malu Aku. Emang aku kenapa, tante?” Tanyaku malu malu. “Iya Kamu Lim. Yang selalu baik dan sayang sama tante. Kamu memperlakukan tante seperti… maksud tante manusiawi. Cuma kamu lah alasan tante masih mau hidup di dunia ini.” Katanya sambil menangis. Aku memeluknya dengan erat.
“Tante Sayang. Sebetulnya Aku juga sedih dan terus memikirkan tante selama aku di sini. Aku kesal tak bisa membantu tante. Sekarang kita berdua sudah di sini. Tak ada lagi yang akan melukai tante.” Kataku sambil mengangkat dagunya. Matanya merah penuh air mata. Aku Kemudian mencium dahi nya. Dia hanya memejamkan matanya.
“Gimana Tante? Sudah merasa membaik belum? Apa masih Mau Aku peluk lagi?” Tanyaku dengan lembut sambil membelai wajah cantiknya dan menyeka air matanya. “Belum.” Jawab nya singkat. Dia kemudian malah duduk di pangkuanku dan membaringkan kepalanya di dadaku. Aku kemudian membelai rambut nya dan kembali mencium kepalanya.
“Tante sangat mendambakan suami seperti kamu, Lim. Bagi tante, kamu lah harapan tante untuk hidup. Tante sangat senang berada di samping kamu. Bagi tante, hanya kamu yang bisa membuat tante tersenyum. Tante Cuma minta agar kamu tetap sama. Jangan seperti keluarga kita.” Katanya sambil menangis lagi.
Dia tidak marah. Dia hanya diam saja dan masih menutup matanya. Aku kemudian memeluknya lagi. “Lim. Tadi ciuman pertama kamu ya? Hehehe.. tante dari tadi kan bersandar di dada kamu.
Tante mendengar jantung kamu deg deg an loh.” Kata Tanteku yang mulai tertawa. Air mata nya sudah hilang. Kesedihan sudah tak terlihat lagi di wajahnya. sumber
“Eh Tante. Maaf. Tadi aku terbawa suasana. Dan iya. Itu tadi ciuman pertama aku. Hehehe.” Jawab ku malu malu. Tanteku kemudian merangkul leherku dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya ke bibirku. Kami berdua berciuman dengan penuh rasa kasih sayang malam itu. Bibirnya melumat habis bibirku.
Ciuman kami akhirnya selesai dan kami kemudian sama sama tertawa. Aku kali ini memberanikan diri untuk menggendong dia ke kamar nya dan merebahkan dia di atas ranjang. Aku mendekatkan wajahku dan mencium bibir serta kening nya seraya mengucapakan selamat malam sambil tersenyum dan aku kembali ke kamarku.
“Lim. Tunggu. Kalau tante nanti gak bisa bobo, tolong kemari ya… temani tante. Tante masih mau ngobrol sama kamu Lim. Ok? Besok kan sabtu. Hehehe” kata tanteku. “Beres tante. Apapun dah buat tante. Hehehe. Aku ke kamarku dulu. Kalau tante belum bisa bobo ya… tok tok tok aja ya.” Jawabku sambil mengedipkan mata.
Tanteku nemang ternyata tak bisa tidur. Eh dia malah ke kamar ku. “Lim. Tante di sini aja ya.” Katanya memelas. “Eh boleh. Hehe. Aku juga kayaknya kesulitan tidur nih tante. Yuk masuk saja. Santai saja tante sayang.” Ledek ku. “Kok tante tahu aku belum bobo?” Tanyaku. “Kamu habis ciuman pertama, emang kamu bisa tidur dengan tenang?
Tanteku akhirnya duduk di atas ranjang ku. Kami berdua ngobrol sepanjang malam. Dia tiba tiba kembali ingin dipangku olehku. Aku dengan senang hati saja mempersilahkan dia duduk di pangkuan ku.
Dia bercerita tentang betapa menderita nya dia saat dia menikah bersama mantan suaminya dan tiap x mengeluh ke nenek ku, dia malah dimarahi balik oleh nenekku. Tanteku seakan sedang melepas semua unek unek nya yang dia pendam selama ini.
Lagi dan lagi dia menangis. Aku lagi lagi memeluk dan mencium nya. “Tante kelihatan nya menderita sekali ya? Untung aja sekarang sudah di sini sama Aku.” Kataku. “Eh jangan panggil tante lagi donk. Panggil nama saja sudah.
Leave a Reply