Namaku Fandi. Aku adalah seorang pekerja kantoran dan begitu juga dengan istriku Jessica. Setiap hari kami selalu berangkat menuju kantor bersama-sama dari rumah kami di daerah Tangerang tepatnya di perumahan Poris.

Istriku bekerja di daerah Grogol sedangkan aku bekerja di daerah Daan Mogot sehingga setiap hari aku selalu harus mengantar istriku terlebih dahulu baru aku kembali ke arah Daan Mogot menuju kantorku.

Kisah ini berawal ketika istriku hamil dan menjelang kehamilannya kami merencanakan memiliki seorang pembantu rumah tangga yang dapat membantu pekerjaan rumah dan sekaligus bertugas menjaga anak kami nantinya jika sudah lahir.

Kebetulan dirumah kami di Poris, kami hanya tinggal berdua saja yaitu aku dan istriku. Jika kelak kami berdua bekerja, siapa yang akan menjaga anak kami? Atas dasar pertimbangan itulah akhirnya kami memutuskan untuk mengambil seorang pembantu.

Singkat cerita, atas rekomendasi dari seorang teman kantor akhirnya kami mengambil seorang pembantu di sebuah yayasan didaerah Sunter Jakarta Utara.

Malam harinya setelah kami pulang kerja, aku dan istriku mengendarai mobil menuju daerah sunter. Sebelumnya tadi siang kami sudah menghubungi pihak yayasan penyalur pembantu dan mereka mengatakan ada seorang pembantu dari daerah Lampung.

Setibanya di kantor yayasan tersebut, kami dipertemukan dengan seorang gadis yang berumur kira-kira 17 Thn. Gadis itu kelihatan lugu dan hitam manis. dan dialah yang akan menjadi pembantu di rumah kami. Setelah semua urusan administrasi selesai maka kamipun membawa pembantu tersebut yang bernama Tati menuju kerumah kami.

Tati ternyata seorang anak yang sopan dan rajin bekerja. Terus terang kesan pertamaku ketika bertemu dia di yayasan penyalur tenaga kerja sebelumnya itu kurang begitu menyukainya.

Didalam pandangan mataku, si Tati kelihatan kurus dan dekil. pasti kerjaannya jorok pikirku, tetapi karena kami sangat membutuhkan seorang pembantu dan pada saat itu usia kandungan istriku telah menginjak usia 8 bulan maka terpaksa aku menerimanya.

Setelah beberapa hari bekerja di rumah kami , dia ternyata anak yang rajin dan sopan, maka perlahan-lahan aku mulai bisa menerimanya dan menyukainya (suka dalam arti positif ) dan menganggap dia sebagai bagian dari keluarga kami.

Apalagi setelah putera pertama aku lahir dan dia begitu telaten mengurus dan merawat putera kami dengan penuh kasih sayang yang tidak dibuat-buat, aku dan istriku semakin suka dan menyayanginya.

Singkat cerita setelah masa cuti melahirkan selesai dan istriku harus kembali bekerja dikantor dan kami percayakan perawatan anak kami kepada Tati.

Dari penuturan para tetangga baik tetangga depan rumah maupun tetangga kanan kiri rumah kami, kami mendapat cerita bahwa pembantu kami anaknya sangat baik dan sangat menyayangi puteraku. mereka sering melihat bagaimana Tati membujuk dan menimang anakku dengan penuh kesabaran ketika anakku sedang rewel dan menangis tatkala kami berdua sedang berada di kantor.

Hal itu tentu saja membuat aku dan istriku gembira sekali dan semakin sayang kepada Tati pembantu kami tersebut. dan hal itu membuat saya dan istri sepakat menaikan gaji dia setiap 6 bulan sekali. bahkan saking sayangnya kepada Tati, istriku menghadiahkan sebuah handphone merk nokia berkamera VGA, alasan istriku supaya Tati bisa berkomunikasi dengan keluarganya dikampung dan bisa betah bekerja di rumah kami. Aku tidak keberatan.

Setelah Tati tinggal bersama kami lebih dari 8 bulan, secara perlahan-lahan aku melihat banyak perubahan terhadap fisiknya. Tati yang dulunya dekil dan kusam kulitnya serta kurus badannya sekarang mulai kelihatan terawat kulitnya dan badannya lebih berisi sehingga aku baru menyadari bahwa sebenarnya Tati pembantuku tersebut cukup manis.

Tapi saat itu didalam pikiranku hanya terbesit sebuah rasa kagum dan senang saja dan tidak ada rasa lain sama sekali. Sampai suatu hari ketika aku harus kembali kerumah mengambil file-ku yang ketinggalan dirumah dan istriku masih berada dikantor.

Saat aku tiba di rumah siang itu, aku melihat rumah dalam keadaan sepi. Aku memanggil-manggil nama pembantuku tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku membuka gembok pagar menggunakan kunci cadangan yang selalu kubawa dan masuk kehalaman serta mencoba mengintip kedalam jendela kaca kamar kami yang berwarna hitam.

Kebetulan kamar kami mnghadap kehalaman depan. Di situ aku lihat si Tati sedang mengendong anakku yang tertidur pulas. Mungkin karena pembantuku takut membangunkan anakku jika dia menjawab sahutanku maka dia lebih memilih diam saja.

Untuk hal itu aku bisa memakluminya dan semakin kagum kepadanya. Pada saat tadi aku menempelkan kepalaku ke kaca jendela hitam dan mengintip kedalam kamar, aku sempat berdebar-debar. Aku melihat pembantuku yang sedang menggendong anakku itu hanya memakai singlet.

Mungkin karena cuaca panas dan dirumah tidak ada orang dewasa maka dia berani hanya memakai singlet. darah saya sempat berdesir, apalagi ketika dia keluar dari kamar dan membukakan pintu untukku sambil menggendong anakku yang tertidur pulas, aku jadi salah tingkah dan tidak berani melihat tubuhnya.

Padahal sebenarnya aku ingin sekali melihatnya. Tati mungkin tidak sadar kalau dia saat itu hanya memakai sebuah baju singlet. Selama ini dia selalu berpakaian T-shirt dan rok panjang yang sopan. Setelah aku mengambil file yang tertinggal,aku segera menuju ke kantor kembali sambil tidak lupa berpesan agar menjaga anakku sebaik-baiknya.

Tanpa aku sadari,sejak kejadian baju singlet tersebut aku jadi sering melamuni pembantuku dan diam-diam sering memperhatikan Tati pembantuku tersebut. Semakin hari aku melihat bahwa Tati semakin menarik. Aku tidak tahu apakah aku sudah gila atau tidak.

Kebaikannya,kesopan-santunannya,rasa hormatnya kepada aku dan istriku serta rasa sayangnya yang begitu besar terhadap anakku membuat aku jatuh hati padanya. Hari demi hari berlalu, minggu berganti bulan dan tidak terasa Tati telah berkerja di rumahku selama 3 tahun.

Selama itu pula aku memendam perasaan suka dan sayangku padanya. perasaan ini begitu menyiksa diriku. aku hanya bisa memendamnya sendiri. Aku sadar bahwa aku seorang majikan dan Tati hanyalah seorang pembantu. tetapi kadang hatiku juga berkata apa bedanya aku dan Tati, hanya pekerjaan dan status sosial kami saja yang berbeda.

Dia tetap manusia dan sama derajatnya denganku dimata Tuhan. Mungkin para pembaca tidak percaya bahwa aku telah jatuh cinta kepada Tati pembantuku itu. Selama 3 tahun bekerja di rumahku, tidak pernah satu kalipun dia bersikap kurang sopan atau membantah kami.

Hal itu mebuat aku makin suka kepadanya dan sampai jatuh hati kepadanya. hatiku makin tersiksa karena memendam perasaan ini terhadap dia.

Suatu hari ketika aku sakit (mungkin karena kecapekan bekerja ) dan harus beristirahat dirumah. dan Pagi itu istriku telah berangkat bekerja dengan mengendarai mobil sendiri. Dirumah hanya tinggal aku, Tati dan Anakku.

Aku yang sedang kurang enak badan berbaring di ranjang di dalam kamarku sedangkan anakku sedang bermain dikamarku juga ditemani oleh Tati. Jam menunjukkan pukul 10.18 dan mungkin karena sudah kecapekan bermain akhirnya anakkupun tertidur dikasur disamping ranjangku.

Sudah menjadi kebiasaan Tati jika anakku sedang tidur dia selalu berada disamping anakku sampai anakku nanti bangun. Ketika itu aku melirik kearah Tati dan kulihat dia duduk sambil memandangi anakku yang sedang tertidur pulas. Mungkin inilah saat yang tepat batinku.

Aku sudah tidak perduli harga diriku sebagai seorang majikan. Aku benar-benar gila dibuat oleh pembantuku itu..gila karena telah jatuh hati padanya. Aku benar-benar sudah tidak tahan menahan perasaan ini lebih lama lagi. Aku benar-benar tersiksa.

Perlahan setengah berbisik kupanggil dia : ” Tati…! ” Tati menoleh ” Iya Pak …Ada apa Pak ” sahutnya pelan. ” Duduk disini sebentar ” kataku sambil menepuk pinggir ranjang agar dia duduk di pinggir ranjang disebelahku.

Tati kelihatan agak ragu-ragu tetapi saya mencoba mengulangi lagi perkataanku dan akhirnya diapun duduk di pinggir ranjang dengan sedikit bingung. Saat itu dadaku berdetak kencang sekali. perasaanku saat itu bercampur aduk antara rasa takut dan malu.

Tapi akhirnya kuberanikan diri ” Tati…kamu kerja disini sudah cukup lama ya…betah ngak? ” tanyaku berbasa basi dengan suara bergetar ” betah Pak ” jawabnya singkat seperti biasa. ” Kamu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri.

Aku dan Ibu sayang sekali sama kamu ” sahutku lagi ” Iya Pak Tati tahu Pak…terima kasih Pak atas kebaikan bapak dan Ibu kepada aku selama ini” saat itu dadaku semakin berdegub kencang dan kutarik nafasku untuk menenangkan diri ” sejak kamu di sini rumah ini makin ceria lho..dan makin berwarna.” kataku sambil tertawa kecil, kulihat Tati hanya tersenyum ” ngak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa kami begitu beruntung mendapatkan pengasuh anak sebaik kamu” tambahku.

Aku sengaja tidak menyebutnya dengan sebutan pembantu, tetapi memakai istilah pengasuh anak agar kedengaran lebih halus.”Ah..Bapak terlalu memuji Tati” jawabnya ” oh ya, Lebaran tahun ini kamu pulang kampung ngak ? ” tanyaku lagi

“Ngak tahu juga sih pak…herannya Tati kok ngak merasa kangen sama kampung lho Pak” Tati menukas ” Emangnya kamu ngak kangen sama Ibu kamu ? ” Aku tahu dia adalah seorang yatim dan tinggal ibunya sebagai satu – satunya orang tuanya dikampung.

“Kangen ngak kangen lah Pak” jawabnya sambil tertawa. Aku memandanginya…ketika tertawa, begitu manis kelihatannya. “Tapi kamu balik lagi khan?, jangan sampai ngak balik ya Ti..” tanyaku dengan raut wajah cemas. ” Iya pak, Tati pasti balik kok…Tati sudah sangat betah kerja disini.

Kalau pulang kampung mau ngapain…paling disuruh Ibuku supaya cepat kawin, aku ndak mau Pak” . Ah…ini kesempatanku batinku…”Kenapa ngak mau? … oke Bapak mau nanya, kamu jawab dengan jujur ya…kamu sudah punya pacar belum dikampung? ” cepat-cepat Tati menjawab “Belum pak..belum..belum pernah pacaran” sambungnya lagi ”

Dulu aku sempat dijodohkan dengan tetangga sebelah tapi aku ngak mau…aku masih kecil belum ingin kawin cepat – cepat” jawabnya ” Memangnya kalau kamu pilih cowok yang seperti apa? boleh ngak bapak tahu?” tanyaku. Kulihat pembantuku itu tertunduk malu dan wajahnya sedikit memerah.

“Ah…yang penting baik saja dan sayang sama aku dan keluarga..” jawabnya . Dadaku semakin berdebar kencang . suaraku makin bergetar ” Ka.. kalau yang se.. seperti Bapak ? ” tanyaku sambil mengodanya..”Ah ..bapak ini ada-ada aja” lalu Tati terdiam..lama kami hanya membisu, aku makin gugup

“Tati..a..a..ada yang mau bapak katakan” …aku terdiam sejenak, begitu juga Tati “Bapak ngak tahu ini pantas atau tidak, tetapi kalau tidak bapak sampaikan, bapak merasa tersiksa…kamu jangan marah setelah mendengar ini… bapak mohon ya” Aku makin gugup dan gelisah.

Kulihat Tati memandangku dengan raut wajah kebingungan..belum sempat dia bicara aku langsung berkata lagi ” Tati…Bap bapak jatuh ci…cinta sama k..k..ka..mu Tati..maafkan ba..ba..pak ya” Aku menjadi semakin gugup, apalagi kulihat Tati terkejut dengan ucapanku barusan.

Kutarik nafasku dalam-dalam untuk menenangkan diri ” belakangan ini perasaan cinta bapak kepada kamu semakin besar, bapak ngak tahu kapan perasaan ini datang. ” Aku sudah mulai bisa menguasai diri dan bersikap lebih tenang. ” Ah..Bapak hanya bercanda saja kan” sahutnya gelisah. ” Tidak, Tati…demi Tuhan Tati, Aku benar – benar jatuh cinta sama kamu.

Kalau perasaan ini ngak bapak katakan sekarang kepada kamu, bapak semakin tersiksa dari hari ke hari ” kulihat Tati pembantuku terdiam. Kuberanikan diri meraih jemari tangannya. Dia berusaha menarik secara halus tetapi aku semakin menggenggam lebih erat ” Tati…aku sudah ngak perduli lagi bahwa aku adalah majikanmu, aku tersiksa sekali memendam perasaan ini ” .. ” Tapi Bapak kan sudah punya Ibu ..Bapak sudah punya istri ” ..jawabnya lirih ”

Bapak memang sadar itu, tetapi perasaan ini datang begitu saja tanpa bapak ingini..kamu tahu sewaktu pertama Bapak ketemu kamu di yayasan sedikitpun tidak ada rasa suka Bapak kepadamu saat itu ” Tati memandangku , aku makin berani ”

Setelah mengenalmu, melihat kamu adalah anak yang baik dan sopan tanpa bapak sadari, bapak jatuh hati kepadamu Tati…maafkan Bapak ya ” . . . ” Tati, Bapak harap kamu bisa merahasiakan perasaan Bapak ini.jangan cerita ke ibu (istriku) ya.. kamu mau kan ? anggap ini adalah rahasia kita berdua…bahkan kamu juga jangan cerita kepada Ibumu di kampung ya ” tanyaku dengan cemas…” Aku Takut sama Ibu, Pak !” jawabnya. ”

Kalau ada Ibu kita harus bisa menjaga sikap dan kamu jangan bersikap kaku sama bapak.. nanti ibu bisa curiga. Bapak benar-benar sayang sama kamu dan Bapak akan menjagamu dengan baik” lalu kucoba memeluk dirinya, kulihat dia masih ragu-ragu tetapi setelah kuyakinkan bahwa aku benar-benar sayang sama dia dan akan menjaga dia dengan baik akhirnya diapun pasrah dalam pelukanku.

Kami berpelukan cukup lama dan Tati mulai bisa melepaskan ketegangan dirinya dan dia mulai bercerita mengenai keluarganya di kampung halaman. Saat itu hatiku sangat bahagia. Aku benar-benar merasa bahagia karena Tati tidak marah dan tidak menjadi takut kepadaku dan terlebih lagi bahwa cintaku terhadapnya tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku benar-benar sudah tidak peduli dengan statusnya. Sejak saat itu kami menjalani pacaran secara diam- diam dan hanya sebatas pegangan tangan serta pelukan. Semua itu kami lakukan ketika aku dan Tati berapa di dapur sedangkan istriku sedang mandi atau ketika aku pulang kantor lebih awal sedangkan istriku harus kerja lembur sampai jam 7 malam.

Jika awalnya aku dan Tati pembantuku hanya menjalani pacaran secara diam-diam dan hanya sebatas berpegangan tangan, & berpelukan saja. tapi namanya juga mabuk asmara suatu hari muncul keinginanku untuk menciumnya.

Saat itu istriku sedang mandi dan anakku sedang tidur dikamar ditemani Tati Pembantuku. Aku tahu kalau istriku mandi sambil berendam di bath tub biasanya agak lama mandinya. tadi sebelum mandi aku sempat melihat istriku mengisi baht tubnya dengan air kran.

Itu tandanya istriku akan mandi kurang lebih setengah jam lamanya. Diam-diam aku masuk ke kamarku dimana anakku tidur di temani oleh pembantuku. Kulihat pembantuku duduk di lantai sambil membelakangi pintu kamar.

Dari belakang aku menghampirinya dan langsung kupeluk tubuhnya. Dia sedikit kaget dan mengingatkan ” Pak..jangan, nanti Ibu datang ” katanya pelan. ” Ngak apa – apa sayang, Ibu kalau mandi pakai bath tub biasanya kan lama…kamu kan tahu ! ” akhirnya Tati tidak menolak pelukanku lagi.

Perlahan-lahan dan dengan lembut ke pegang ke dua bahunya dan kutarik memutar kearahku sehingga kini duduknya berhadapan denganku. Kupandang Pembantuku itu dengan perasaan sayang , kuelus dengan lembut kedua pipinya dengan kedua telapak tanganku…dia hanya tersenyum, manis sekali.

Perlahan kuraih dagunya dan wajahku perlahan mendekat ingin mengecup bibirnya…tetapi Tati keburu menggeleng kepala..”Jangan Pak ” Aku terdiam sesaat ” Tati..kumohon izikan Bapak sekali ini saja menciummu…hanya sekali ini saja Bapak Mohon…” pintaku dengan pandangan mata memohon kepadanya.

Tati meragu sejenak dan diam. Kesempatan itu kugunakan untuk meneruskan aksiku. Perlahan kukecup bibirnya..dia hanya diam saja…kulumat bibirnya dari bibir atas dan bibir bawah semua kulumat dengan lembut dan penuh rasa sayang.