Dilema Moral Pak RT
Sambil kuliah aku ingin mencari uang sendiri. Setelah modalku terkumpul aku lalu membuka usaha agen air minum galon. Mula-mula aku menjalankan usahaku itu sendiri. Tapi kemudian datang Pak RT menawarkan putrinya yang baru lulus SMK padaku.
Aku tidak mungkin bisa menolak permintaan Pak RT. Beliau taulah keugal-ugalanku dan aku juga tau rahasianya. Ia sering main bulu tangkis denganku, tapi itu hanya alasannya saja untuk mengelabui istrinya.
Sesampai di lapangan paling-paling ia hanya bermain 1 set, selebihnya ia duduk-duduk saja ngobrol menunggu kami selesai bermain, karena setelah selesai bermain Pak RT punya acara yang lain, mengajak aku ke panti pijat bermain cewek, padahal istrinya itu cantik, apalagi ia pakai jilbab dan berdandan, badannya begitu wangi. Aku cuma belum punya kesempatan saja untuk mencumbuinya.
Setelah Bella, anak Pak RT bekerja denganku 2 bulan, ternyata aku tidak sia-sia mempekerjakan Bella karena ia banyak mendatangkan pelanggan untukku. Tadinya pelangganku hanya sekitar 15-an keluarga, tetapi dengan adanya Bella bekerja di tempatku pelanggan air minumku meningkat menjadi 35 keluarga.
Dengan demikian, kedekatanku dengan Bella juga meningkat. Aku mulai terbius dengan Bella, meskipun tubuhnya kurus dan tampak payudaranya kecil tertutup oleh ujung jilbabnya yang menjuntai, namun ia cantik seperti ibunya.
Aku sering duduk didekatnya kalau ngobrol dengannya untuk menghirup bau tubuhnya yang terkadang mengusik birahiku jika ia masa subur. Nafsunya meningkat sehingga dari vaginanya keluar lendir yang berlebihan dan mengeluarkan bau yang tak sedap.
Ia juga sering mencubitku dengan cubitan mesranya kalau aku menggodanya. Ia juga senang kalau aku merangkulnya meskipun ia malu-malu mengatakannya. Setahuku ia sudah punya pacar.
Bagiku tidak ada masalah Bella sudah punya pacar selama tenda biru belum dipasang di depan rumah Pak RT dan janur kuning belum didirikan. Siapa yang cepat, ia yang dapat. Itu prinsipku bergaul dengan cewek.
Tiba-tiba Bella tidak masuk kerja. HP-nya juga tidak bisa dihubungi. Tetapi karena hari itu aku pergi rapat dengan Asosiasi Pengusaha Air Minum Galon di daerahku, keesokan harinya adiknya baru datang memberitahukan aku bahwa Bella sakit.
Malamnya, selesai aku tutup toko dan mandi, aku pergi ke rumah Pak RT berpakaian santai saja. Bu RT senang menyambutku dengan senyumannya yang khas dan menggoda iman, apalagi aku melihat payudaranya yang montok dan tanpa penutup itu berguncang di dalam dasternya saat ia tertawa renyah.
“Mamet, sini…!” panggil Bu RT pada seorang pemuda yang sedang duduk di lantai bermain PS berdua dengan adik Bella. Pemuda itu umurnya sepantaran aku, kukira. Setahuku pemuda ini adalah pacar Bella.
“Kenalin, ini bosnya Bella!” suara Bu RT seperti tidak suka dengan pemuda yang bernama Mamet ini. Aku bersalaman dengannya.
“He.. he..” Bu RT tertawa memandangiku. “Mamet ini pacarnya Bella.” katanya.
“O… kapan menikah?” tanyaku.
“Ibu nggak suka! Cuma ia aja yang gak tau diri!” bisik Bu RT. Mamet sudah kembali duduk bermain PS.
“Pak RT…?” tanyaku.
“Apalagi itu, sekarang keluar kota lagi…”
“Kan bawa duit banyak pulang buat Bu RT…” godaku.
“Buat apa duit banyak, Nak Pramono… kalo batin Ibu ini…” kata Bu RT meletakkan telapak tangan di dadanya. “…tidak terpuaskan…??!”
Aku tertawa dalam hati. Memek Ibu kurang legit sih… aku ingin menjawab Bu RT begitu, maka itu Pak RT mencari wanita yang pandai goyang memuaskan kontolnya di luar sana, alasannya nego proyek.
Bu RT lalu mengajak aku ke kamar Bella. “Kak…!” jerit Bella melonjak bangun kegirangan dari tempat tidurnya sewaktu ibunya membukakan pintu kamar.
Bu RT tidak tau aku dan Bella berpelukan dan berciuman, karena setelah mengantar aku ke kamar Bella, Bu RT langsung pergi dan menutup pintu kamar. Bu RT seolah membiarkan Bella dan aku berdua saja di kamar.
Ciuman yang cukup panjang itu berhenti dan dengan napas tidak teratur Bella berkata padaku. “Kak… Nu..uur… Bella rindu sama Kakak…”
“Kak Pram juga rindu dengan cubitanmu, Bella…” balasku.
“Hi.. hi.. Kak…” Bella tertawa dan mendesah. Ia dan aku berciuman lagi. Hanya berciuman, aku belum berani menjamah tubuhnya yang lain. Padahal aku tau Bella tidak memakai BH dan terlihat jelas dari luar kaosnya bentuk payudaranya yang tidak lebih besar dari bola tenis dibelah 2.
“Kamu sakit apa sih…?” tanyaku.
“Biasa Kak, perempuan. Sakit perut, karena haidnya Bella suka gak lancar…”
“Pacarannya sih kebanyakan…”
“Apa…? Bella nggak suka sih sama dia. Dianya aja yang gak tau diri…”
“Dulu… dengar-dengar, kan kamu sudah pacaran sama dia sejak kamu kelas 2…?” kataku.
“Ya sih…”
“Pengalamannya sudah banyak dong…”
“Pengalaman apa…”
“Ciuman dan… itu tuh…” kutunjuk payudara Bella yang menjiblak di kaosnya.
“Akhhh…” jerit Bella malu menutup buah dadanya dengan telapak tangannya. “Nggak sesuai dengan ekspektasi Kakak, ya…”
“Tapi tetap menggoda iman kok…” jawabku.
Kukecup kening Bella. Lalu Bella memelukku. Ia dan aku berciuman lagi, kali ini lidah Bella berani memancing birahiku, akupun menyusupnya tanganku ke balik kaos Bella menggenggam buah dadanya yang kenyal dan meremasnya.
Bella menggigit lidahku melampiaskan nafsunya yang menggelegak. Mungkin juga cairan vaginanya ikut mengucur deras. Dan sejurus kemudian tanganku pun masuk ke dalam celana panjangnya yang dari bahan kaos.
Sebelum tanganku sampai ke selangkangannya yang tertutup celana dalam, Bella menahan tanganku. “Hiks… jangan dulu ya Kak, Bella lagi haid, nanti tangan Kakak kotor, deh…”
“Ini…?” tanyaku mengeluarkan penisku yang tegang dan gagah dari celana pendekku. “Bagaimana nasibnya?”
“Ha.. ha…” tawa Bella berderai. “Hmmm… Kak…” desahnya memegang penisku, dan kemudian menunduk.
Aku pasrah duduk bersandar di ujung ranjang menikmati hisapan mulut Bella pada penisku. Ohhh… dahsyat nikmatnya…
Tiba-tiba… tok.. tok… tok… Bella secepatnya memasukkan penisku ke dalam celanaku.
Mungkin Bu RT juga tau, karena setelah kami rapi, ia baru membuka pintu kamar membawa nampan berisi semangkok bubur, semangkok bubur kacang ijo dan 2 gelas teh.
Sewaktu Bu RT menaruh nampan di atas meja, seolah-olah ia ingin menunjukkan payudaranya padaku dengan membungkuk di depanku.
“Nak Pramono, suapin tuh bubur ke Bella…” kata Bu RT.
“Ah… Mama…” sergah Bella.
“Namanya juga pacar, ya kan Nak Pram….” kata Bu RT. “Mama merestui kalian pacaran kok, Papamu juga pasti…”
“Mamet sudah pulang?” tanya Bella.
“Belum… masih main PS dengan Yoyok..”
“Ayo makan…” kataku menyuap bubur ke mulut Bella setelah ibunya keluar dari kamar dan kembali menutup pintu kamar membiarkan kami berdua-duaan di kamar.
“Mmmhh… nggak…” tolak Bella manja.
“Kamu sayang nggak sih sama Kak Pram?” tanyaku. “Kalau sayang makan dong…”
Akhirnya, semangkok bubur habis juga oleh Bella. Aku memeluknya mesra. Aku membelai rambutnya. Perlahan Bella rebah ke kasur. Aku mencium bibirnya. Dan dari bibir turun ke payudaranya, aku menjilat putingnya. Bella bergelinjangan sampai wajahnya terdongak menatap ke langit-langit kamar dengan mata terbeliak.
Aku melepaskan celana panjangnya sudah tidak diresponinya lagi. Lalu kulepaskan celanaku dan melepaskan celana dalam Bella menghadapkan penisku ke vaginanya.
“Akhhh… Kak…” rintih Bella saat kutekan penisku ke lubang vaginanya yang sempit. “Ahhh… Kak… ahhh… ahhhh…” rintihnya lagi.
Tak bisa dicegah oleh Bella lagi ketika penisku sudah terjepit oleh lubang vaginanya yang ketat hampir separuh.
“Bagaimana rasanya, sayang? Enakkah…? Kak Pram mencintaimu, sungguh…” kataku merayunya.
Bella tidak tahu kalau pikiranku bercabang membayangkan susu ibunya yang montok.
Terus kutekan masuk penisku yang keras ke lubang cinta Bella. Terus… terusss… dan blesssss…
“Ohhhh… Ka…aakkk…” jerit Bella tertahan memelukku dan kedua kakinya merangkul pantatku.
Bersama goyangan penisku yang maju-mundur, kedua kaki Bella ikut maju-mundur. “Ohhh… Kak… mmmhhh…”
“Enak ya…?”
“Ya enak, Kak… ayo trusss… Kak…” desah Bella manja.
Kembali penisku bergerilya di lubang vagina Nuiraini yang basah. Entah selaput daranya sudah pecah apa belum, aku yakin sih sudah. Masih kugoyang terus memek Bella.
Bella tidak tahu kalau penisku sudah banyak menelan korban, juga penis Pak RT, ayahnya, karena ayahnya sama begundalnya dengan aku. Suka jajan di pinggir jalan kalau ketemu panti pijat. Hi…
Lama-lama kugoyang vagina Bella, ketika aku sudah hampir mengejang, terdengar suara Mamet memanggil, “Bella… Bella…”
“Biarin saja…” bisik Bella. “Dia gak berani buka pintu….”
“Kak Pram selesaikan, ya…” kataku dengan suara berat menahan nafsu.
“Yaa…” jawab Bella.
Segera kulepaskan pintu air di bendunganku sambil kutekan rapat-rapat ujung penisku ke rahim Bella.
[ chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. ]
“Bella… Bellar… tok.. tokk.. tokkk… buka pintu Bella, aku mencintaimu…” iba Mamet. Mamet tidak tahu kalau Bella dalam kenikmatan surgawi.
[ chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. chrrooootttttt….. chhroootttt… chrootttt…. ]
Aku cabut penisku. Bella segera bangun dari baringnya mencabut beberapa lembar tissu dari kotak tissu. Beberapa lembar ia berikan padaku untuk mengelap penisku yang berlumuran darah bercampur air maniku dan sebagian lagi ia pakai untuk menutup lubang vaginanya, lalu secepatnya ia memakai kembali celana dalam dan celana panjangnya.
Dan setelah aku sudah rapi berpakaian, ia menyuruh aku membukakan pintu kamar untuk Mamet, sementara aku membawa nampan dan mangkok kosong ke dapur.
Bu RT senang melihat kedua mangkoknya sudah kosong. Bu RT memelukku dan menghadiahkan kecupan bibirnya di bibirku. Tapi tidak segera kulepaskan Bu RT. Bibirnya kulumat, teteknya kuremas sampai ia menggigit bibir bawahku.
“Gila, Nak Pram. Rumah lagi rame dengan anak-anak, gimana ya…?” tanya Bu RT. “Ibu lagi gak tahan banget nih… kamu tadi remas tetek Ibu, memek Ibu langsung ngecrot…”
“Besok aku datang lagi Bu RT, atau Bu RT telepon aku saja, aku siap kok melayani Bu RT kapan saja…” kataku.
“Bapak sering sama kamu…”
“Ah… Bapak baik-baik saja, Bu RT. Bapak sering keluar kota kan juga buat Bu RT…”
Aku tidak balik lagi ke kamar Bella. Aku segera pulang setelah mendapat izin dari Bu RT.
Malam itu aku tidur nyenyak…
☆☆☆☆☆
Paginya Bella kembali bekerja. Ia tampak lebih segar dan cantik dengan kerudung hitam, kaos ketat dan celana jeans setelah kujebol benteng pertahanannya semalam.
Ia biasa-biasa saja. Aku juga biasa-biasa saja, malahan tanpa nafsu aku memandang Bella setelah kucicipi tubuhnya. Bisa jadi aku terobsesi dengan Bu RT. Sebelum aku mencicipi memek Bu RT, aku penasaran dengannya.
“Bu RT, rumah lagi kosong…?” tanyaku lewat hapenya.
“Ya Nak Pram, ayo ke rumah, sekalian makan siang di sini…” jawab Bu RT.
Kutinggalkan Bella diam-diam. Jalanan juga sepi sehingga Bu RT menyambutku dengan tawa renyahnya di depan pintu rumahnya. “Ayo masuk Nak Pram, sandal nggak usah dicopot…” kata Bu RT.
Aku melangkah masuk ke dalam rumah Bu RT dan disambut oleh sebuah bingkai foto besar berwarna kuning emas berisikan foto Pak RT sekeluarga memakai pakaian daerah. Foto itu barangkali Bella masih SMP dan Bu RT yang memakai kebaya juga masih langsing belum segemuk sekarang.
“Tunggu sebentar ya Nak Pram.” kata Bu RT selesai mengunci pintu rumah. “Ibu mandi dulu.”
Tetapi dengan tak sabar kupeluk Bu RT dan kulumat bibirnya dengan nafsu. Bu RT tidak bisa menolakku. Iapun terlentang telanjang bulat di kasur pribadinya menikmati cumbuanku.
Di kasur itu pula Pak RT mencumbui Bu RT, tapi tidak dipikirkan lagi oleh Bu RT sewaktu kujilat ketiaknya sambil kuremas teteknya yang masih kencang.
Bu RT mendesah dan merintih nikmat. Impianku untuk mencumbui Bu RT kini menjadi kenyataan. Dari ketiak kanan, kupindah menjilat ketiak kiri. Puting susunya yang mengeras kupuntir-puntir dengan jari.
Suara Bu RT dari merintih berubah menjadi menjerit. Beruntung sebelah rumah Bu RT lagi nggak ada penghuninya. Bu RT semakin menjerit sewaktu kucolok dan kukocok lubang memeknya dengan jari sembari putingnya kuhisap.
Atas kena, bawah juga kena!
Bu RT yang sudah berusia 46 tahun ini memeknya masih cukup basah, tapi lendirnya yang terasa licin di jari itu berbau amis. “Ohhhh… hohhh… hoohhh…. minta ampuu..uun, Nak Pram… Ibu sudah pengen keluar neh… entot Ibu, Nak Pram….” iba Bu RT dengan napas terengah-engah seperti sebentar lagi nyawanya akan dicabut malaikat maut.
Aku belum rela entot Bu RT. Kunaiki tubuhnya yang gembrot dan kusodorkan kontolku yang tegang ke depan bibirnya, sementara di bawah kubuka lebar pahanya yang besar itu dan kususupkan kepalaku untuk menjilat memeknya.
Ternyata Bu RT rajin ke salon membersihkan bulu-bulu jembutnya, sehingga memek Bu RT yang plontos itu dengan gampang kujilat dengan lidahku. Memang sudah layu memek Bu RT, tetapi kenapa Pak RT ogah menikmatinya? Bukankah memek wanita di panti pijat juga sudah layu-layu karena sering bergantian kontol, sedangkan memek Bu RT hanya kemasukan kontol tunggal…!
Kontol Pak RT!
Oh… bisa jadi Bu RT ogah ngisap kontol Pak RT, batinku. Karena kontolku sama sekali tidak disentuh oleh Bu RT, sementara aku menjilat sampai kedalam-dalam lubangnya yang sudah pernah melahirkan Bella, Yoyok dan Fitri.
Kini Bu RT benar-benar orgasme saat kusedot biji kelentitnya. Jeritannya keras menggema, pantatnya yang besar menggelepar-gelepar dan kedua tangannya mencengkeram kuat seprei tempat tidur.
“Ooooooohhhh…. ooohhhhhhh…. ooohhhhhhhhhh…..” suaranya seperti suara kerbau lagi ngamuk. Nafasnya mendengus-dengus.
“Oh, Nak Pram… benar-benar puas Ibu…” kata Bu RT dengan napas terengah. “…keluar semua deh, lega rasanya. Terima kasih ya Nak Pram, sudah bantu ibu keluarin… sekarang, kalo Nak Pram mau entot Ibu, silahkan…” ujar Bu RT.
“Pasti Bu RT…” jawabku seraya memasang kontolku yang tegang di depan lubang memeknya yang terbuka lebar dan berwarna kemerah-merahan.
Srettt… sreett… langsung bleesssss… kontolku yang gemuk panjang itu yang kemarin malam sudah memecahkan perawan Bella, sekarang menerobos ke lubang bekas melahirkan Bella.
Segera kusodok dan kutikam lubang licin basah itu sambil kukenyot susu Bu RT. Bu RT hanya berbaring diam. Ini bisa menjadi salah satu unsur kenapa Pak RT suka mengajakku jajan di panti pijat. Ada yang ngurut badannya, ada yang ngisap kontolnya dan ada yang menggoyang kontolnya, sekarang bininya….
Masih terus kugenjot lubang bininya. Lalu kubalik Bu RT ke atas. “Ah… Nak Pram…” kata Bu RT tertunduk malu. “Gara-gara Bapak, Ibu jadi begini… memalukan! Ibu minta maaf ya, Nak Pram.”
“Aku mengerti, Bu RT.” balasku. “Maka itu aku berusaha memuaskan Bu RT agar Bu RT kembali bergairah melayani Bapak.” kataku.
Bu RT menurunkan dadanya ke dadaku dan memelukku dengan kontolku yang masih menusuk di lubang memeknya. Kami berciuman. Kami bergulingan di tempat tidur. Tubuh Bu RT basah berkeringat dan tubuhku juga basah berkeringat, tetapi Bu RT senang karena kini rahimnya kembali hangat, dihangatkan oleh air maniku.
Sampai siang, kami main sampai 3 kali. Dan sewaktu aku pulang ke rumah, Bella menyangka aku pergi meeting. Segera kubersihkan tubuhku di kamar mandi supaya bau tubuh ibunya tak tercium Bella.
Setelah itu Bella menyiapkan makan siang yang dibelinya secara online. Sambil makan siang Bella bercerita penjualan hari ini padaku dan ia menyarankan aku jangan hanya jual air minum saja.
Aku menyetujui usul Bella. Ia memelukku. “Bella ingin menjadi istri yang setia untuk Kakak.” kata Bella memandangku dengan mata sayu.
Segera kututup pintu toko lalu kubawa Bella ke tempat tidurku. Aku melepaskan pakaianku dan Bella masih memakai celana dalam karena ia takut darah haidnya mengotori tempat tidurku. Ia menghisap penisku yang beberapa jam lalu kupakai untuk entot memek ibunya.
Tapi aku tidak membiarkan mulut Bella aktif sendirian. Kunaikkan bokong Bella ke dadaku dan kulepaskan celana dalamnya yang berperekat pembalut.
Pembalut Bella yang putih sudah mengkerut akibat jepitan selangkangannya dan di tengahnya berwarna coklat berisi darah kotor dari rahim Bella. Vaginanya juga berdarah-darah, ada yang sudah kering dan masih basah, sedangkan di atas belahan vaginanya yang tembem terdapat bulu-bulu halus berwarna hitam.
Segera kujilat kelentit Bella sambil kusediakan tissu untuk mengeringkan darah haidnya yang merembet keluar dari lubang vaginanya. Tapi kemudian jariku ikut masuk ke lubang vagina Bella. Lubang berdarah yang sudah tidak perawan itu kukocok sampai ke dalam-dalam sembari kelentitnya kujilat.
Akhirnya Bella menjerit ketika orgasmenya datang menyerang urat syarafnya sehingga membuat ia kejang-kejang. Meskipun hanya kejang beberapa detik, karena orgasmenya ini baru pertama kali dialaminya, membuat tenaganya habis terkuras dan dadanya kembang kempis.
“Nikmat kan, sayang?”
“Iya Kak…” jawab Bella. “Bella sayang sama Kakak…”
“Mamet…?”
“Jangan sebut nama itu lagi Kak. Yang ada di hati Bella sekarang hanya Kak Pram. Kak Pramlah yang pertama kali menikmati perawannya Bella. Bella rela melepaskannya untuk Kakak, karena Bella mencintai Kakak.” jawab Bella.
Benarkah?
Lalu kusetubuhi Bella. Tidak hanya sore ini kulepaskan air maniku di rahim Bella dan di rahim ibunya. Hampir 6 bulan dan hampir setiap hari kunikmati lubang memek Bella bergantian dengan lubang memek ibunya. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Namun malam itu aku jalan-jalan ke mall hendak mencari sepatu dan tidak sengaja kulihat seorang wanita mirip Bella menggandeng seorang laki-laki keluar dari bioskop. Laki-laki itu tak lain adalah Mamet.
Kukejar mereka untuk melihat buktinya, tapi Bella tidak pernah mengakuinya. Ia tetap memberikan aku untuk menyetubuhinya sampai Pak RT kemudian pulang, mengundang aku menghadiri akad nikah Bella.
Aku tidak pernah cemburu. Aku tidak pernah sakit hati, karena aku tau Mamet menerima sisanya. Lubang memek Bella yang sudah sering kukebut itu kini sudah bolong dan keluar jenggernya.
Tapi dengar-dengar Bella menikah tidak lama karena Mamet suka KDRT terhadap Bella. Bella sempat mencari aku setelah ia cerai dengan Mamet. Ia ingin balik padaku.
Tetapi waktu itu sudah kututup agen air galonku dan bekerja di sebuah perusahaan swasta yang jauh dari kota dimana aku sempat bercinta dengan Bella dan ibunya, Bu RT.
Kejadian ini benar-benar memukul Pak RT dan menjadi dilemanya sekarang. Masih beranikah Pak RT main cewek panti pijat?
Leave a Reply