Kupuaskan Customerku
Pagi ini jam 08.30 aku (Martin) sudah sampai di Hotel A di Kuta setelah tadi malam bu Fang Yin menghubungiku untuk membawa berkas untuk penandatangan pembelian apartemen di Bali.
Ketika kuhubungi bu Fang Yin sedang di kolam renang, dan dia katakan aku disuruh tunggu di depan kamar hotelnya.
15 menit kemudian kulihat bu Fang Yin keluar dari lift dengan menggunakan handuk hotel menyapaku.
“Bang Maltin sudah lama ya.”
“Baru bu … Abis berenang toh bu.? Tanyaku.
“Iya olahraga sebentar tadi di gym terus berenang…. “
“Ayo masuk bang Maltin.”
Aku berjalan dibelakangnya dengan memandang goyangan pinggulnya yang sexy dan menggoda.
Kemudian bu Fang Yin duduk di sofa kamar hotel dan menyilahkan aku duduk di hadapannya.
Sewaktu mau menyilangkan kakinya …. “Wow celana dalam G-String nya sangat ketat sekali … kelihatan sekali jembutnya yang lebat.” Aku sampai melotot dan bengong sejenak hingga.
“Ayo duduk bang Maltin … kok malah bengong sih … heheh “” senyumnya sungguh menggoda diriku.
“Duduknya disini saja bang Maltin.” tegur bu Fang Yin sambil menunjuk disebelahnya.
Akhirnya aku duduk disebelah kirinya … wangi sabun tubuhnya sangat menggairahkan di hidungku.
Aku buka surat yang harus ditandatangani olehnya, bu Fang Yin membaca halaman perhalaman sambil menundukkan kepalanya hingga terlihat jelas dari samping buahdadanya yang besar putih dan dengan BH yang berbentuk tali hingga tak sanggup menutup semua buahdadanya.
Mataku tak berkedip melihatnya hingga kurasakan kontolku sedikit sakit karna berontak ingin keluar.
Ku geser sedikit pantatku sambil ku membetulkan kontolku yang super keras.
“Wah kenapa bang Maltin …. ” senyumnya melihatku
“Ah ga papa bu ….” merah mukaku menahan malu.
Setelah ditandatangani semua berkas-berkasnya, bu Fang Yin tersenyum padaku.
“Saya bayar 50% dimuka nanti akan saya transfer ya bang Maltin.”
Oh iya bu, siap nanti akan saya buat kwitansinya bu.” jawabku.
“Oh ya saya mandi dulu ya bang Maltin, saya lupa minumnya ……”
Silahkan ambil sendiri ya dikulkas ….”
“Iya bua…”
Bu Fang Yin pergi ke kamar madi, aku merapihkan berkas-berkasnya dan setelah semua rapih aku menuju ke kulkas untuk mengambil minuman ….. “Woooowww …. mulus, montok dan besar sekali ….”
Aku terpaku di depan pintu kamar mandi karna pintunya terbuka dan terlihat jelas bu Fang sedang menyiram badannya dengan shower.
“Jangan bengong disitu Maltin …. ayo masuk temani saya mandi..” Bu Fang Yin tersenyum memandangku.
“Ayo buka baju kamu …. sini…”
Aku akhirnya maju masuk kamar mandi, dan bu Fang Yin dengan ganas dia melucuti seluruh pakaianku dan membiarkan aku berdiri tanpa sehelai benang pun. Diangkatnya kedua lenganku ke atas lalu dijilatinya kedua payudaraku dengan penuh nafsu. Bu Fang Yin terus menciumi putingku aku sambil tangannya mengkocok kontolku. Aku angkat dagunya dan kami berciuman cukup lama sambil kedua tanganku bergerilya meremasi dan memainkan buahdadanya yang besar serta putingnya ku putar seperti mencari siaran radio.
“Akhhhh ….. Maltin ….. .enak sekali pintal kamu…akhhhh…” erangnya
Saat aku menjilati lehernya, bu Fang memelukku dengan kuat, “ayo Maltin, gendong saya ke tempat tidul saya udah ga tahan.”.
Aku senyum sebentar tetapi terus mencumbuinya dan aku gendong bu Fang ke tempat tidur. Kuletakkan bu Fang dan aku pandangi tubuhnya yang putih dan mulus lemak perutnya tidak tampak sekali dan “Ohhh jembutnya lebat sekali…”
“Ayo Maltin jangan bengong gitu dong …”
Dia tarik aku dan kami kembali berciuman dengan ganasnya, kami bertukar air liur dan tangan kananku meremasi buahdadanya dan tangan kiriku mengelus memeknya yang sudah sangat basah.
Lidahku menjilati lehernya turun ke buahdadanya yang sungguh ranum dan besar. Ku jilati dan sesekali ku sedot dengan kuat putingnya.
“Mmhh Maltin… adduhh… Fang nggak tahan lagi adduuhh… telus isep yang kuat… c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh enak bangeett…. aahh… oohh…. oohh…!!” tubuh bu Fang Yin mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Fang Yin yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Fang Yin merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti. Fang Yin masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu kontolku sudah sangat keras sekali.
Fang Yin yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir.
“Aduhh… Maltin sayang… kamu ganas banget sih…. Fang Yin masih capek nih…. istirahat dulu yaa…. please honey…” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya.
Akhirnya tidak berapa lama kemudian Fang Yin mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Fang Yin mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-dua.
“Maltinnnn….. mmhh… gimana nih… Fang Yin bisa keluar lagi sayang……. aduhh… aahh… keluar lagi deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” kedua tangan Fang Yin mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Fang Yin dan membiarkan dia menikmati orgasmenya.
Begitu cengkeraman Fang Yin mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Fang Yin tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.
“Maltinnn… udah dulu dong sayaang… Fang Yin masih capek….. Fang Yin lemes banget sayang…. please…. gimme a break, honey….” aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Fang Yin mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.
Tanda pria puas di ranjang “Maltin… gantian ya… Fang Yin pengen di atas….” Aku lalu merebahkan diriku dan membiarikan Fang Yin menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Fang Yin benar-benar sudah belajar banyak, gerakannya mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu. Akhirnya Fang Yin mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang ketiga kalinya, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.
“Maltinni…. aahh… Fang Yin udah nggak tahan…uuhh… mmhh …..Fang Yin keluar lagi…. mmhh… yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!” Akhirnya pinggul Fang Yin yang bahenol menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Fang Yinpun terkulai lemas di atas tubuhku.
Kelihatan Fang Yin sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang ketiga, tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Fang Yin yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya. “Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Fang Yin udah mulai ngilu…. berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar aja… nanti boleh lagi….” Fang Yin mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya.
Aku tidak ingin menyakiti Fang Yin, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif. Kalau Fang Yin terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Fang Yin mulai naik kembali.
Fang Yin mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Fang Yin benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Fang Yin sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.
“Maltinn sayang… Fang Yin mau keluar lagi….. adduhh… adduhh… enak banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh… mmhh…. adduhh… Fang Yin keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”
“Ayo Fang Yin…. kita barengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!” Akhirnya aku menumpahkan persediaan spermaku ke dalam vagina Fang Yin, sementara tubuh Fang Yin menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya. Ada lima sampai tujuh kali kedutan spermaku masuk ke dalam memek Fang Yin.
Kucium bibirnya dengan lembut dan Fang Yin membalasnya dengan memelukku dan ketika kujilati lehernya untuk kembali mengisap putingnya …. “Maltin …Nikmat sekali telima kasih ya … “
“Kamu jangan pulang dulu ya…”
“Ok, bu ….”
“Saya kasih tau dulu ke kantor melalui telepone saja.” jawabku.
Kemudian Fang Yin langsung memelukku dari samping dan kepalanya disandarkan didadaku.
“Bu Fang Yin tadi sengaja ya pancing say, Kenapa bu?” tanyaku sambil kukecup keningnya.
“Kemarin itu saya lihat Wati lemas-lemas kontol Maltin.”
“Tapi jangan panggil saya ibu lagi ya sayang.”
“Jadi panggilnya apa dong?” Tanyaku kemudian.
“Panggil sayang juga boleh atau kalau ada orang lain panggil Fang juga boleh.” jawabnya.
Kami mandi bersama, setelah itu kami makan bersama, Fang Yin, dia telah menyiapkan sebelumnya.
Aku bangun jam 14.00 siang itu kulihat Fang Yin masih pulas dan kami masih tetap telanjang bulat di kamar hotel.
Aku kekamar mandi bersih-bersih, kemudian aku minum susu hangat serta makan roti.
Tak lama Fang Yin bangun dan ia duduk dipangkuanku diatas sofa, langsung kontolku keras kembali.
Langsung kukecup pentilnya dan kusedot sedangkan tanganku yang satu mengobok-obok memeknya yang telah basah.
“Akhhhhh ……Maltin….. kamu bikin aku terangsang lagi sayangggg…”
“Kenyot yang keras sayang ….”
kuletakkan Fang Yin di sofa dan lidahku turun dari buahdadanya menyusuri perutnya hingga kini bibirku menjilati memeknya yang sangat harum rasanya.
“Akkhhhhh…. ayo sayang ….. aku mau lagi….”
terus kujilati memeknya dan takkk lama…
“Akhhhhh…..aku …. keluaaarrrr …. sayang….”
Kusedot cairannya …sedapnya….
Setelah nafasnya agak tenang, aku menindihnya dan memandangi wajahnya yang mengekspresikan kepuasaan. Sementara kontolku yang tegang mengganjal di bibir vaginanya yang licin dan hangat
“Enak sayang?” kutaku dengan senyum.
“Iyahh.. Enak banget.. Sentuhanmu begitu indah dan nakal,” katanya dengan senyum juga.
“Masih ada yang lebih indah kataku.
“Ya, aku mau lebih lagi, aku mau lebih, katanya.
“Berapa yang kamu mau? tantangku.
“Sampai nggak bisa bangun, apa kau kuat? tantangnya balik.
“Aku masih orisinil, jangan kuatir, aku akan memuaskanmu, sampai nggak bisa bangun kan? kataku.
“Ya, sampai nggak bisa bangun katanya senyum.
Kembali kami saling melumat, tanganku meremas buah dadanya yang kembali menegang. Sementara kakinya dijepitkan kepinggangku. Puas dengan itu, aku beranjak dan jongkok diantara pahanya yang kurentangkan dengan tertekuk. Kupegang batang zakarku dan kuarahkan ke lubang vaginanya. Kutatap matanya yang pasrah.
“Kita masukkan? tanyaku. Dia tundukkan kepalanya.
“Yakin? tanyaku lagi. Dia senyum dan menundukkan lagi kepalanya.
Pelan kutempelkan kepala penisku ke birbir vaginanya, kugesek-geseknya sampai ke klitorisnya beberapa kali. Dan..
“Akhh..”
Dia langsung mengerang ketika kepala penisku memasuki lubang vaginanya. Tangannya langsung menangkap pantatku.
“Terus.. Sayang.. Masukkan semuanya.. Akhh.. Enak banget..” erangnya terus sementara batang penisku masuk setengah.
Kulihat bibir vaginanya semakin membuka lebar. Jepitan vaginanya sangat ketat seolah tidak mengijinkan penisku masuk lebih dalam.
“Akhh.. Enak sayangg” kataku tak tahan rasanya.
Kuhentikan tekananku agar vaginanya menyesuaikan dengan ukuran penisku yang besarnya diatas rata-rata Indonesian. Kulumat lagi bibirnya yang mendesah-desah. Dia mengangkat kakinya dan menempatkannya diatas pantatku. Dia tekan pantatku yang semakin memperdalam masuknya kontolku ke vaginanya.
“Kenapa sih susah masuknya? Mbak kan sudah nggak perawan?” tanyaku heran karena jepitan vaginanya begitu kuat membuat penisku agak susah masuk semua.
“Tergantung orangnya dong,” katanya bangga.
“Ayohh.. Tekan lagi.. Akhh..” katanya sambil kakinya ikut menekan pantatku.
“Okhh.. Stop dulu! Sudah mentok nih.. Ukuran punyamu nggak sesuai dengan tubuhmu.. Aku nggak nyangka sebesar ini. Enak.. Hh..” ceracaunya lagi.
Vaginanya mengempot seperti menyedot penisku. Tak sabar menerima sensasi itu akhirnya kutekan pantatku sampai masuk semua batang zakarku.
“Auwww.. Maltinnnn.. Tahan dulu.. Ngilu.. Akhh” erangnya seperti kesakitan.
Tapi aku nggak peduli lagi karena terasa tanggung, bless.. Sekh..
Akhirnya batang zakarku amblas seluruhnya.
“Wow.. Akhh..” jeritnya tiba tiba mendekap tubuhku kuat-kuat.
Akhirnya kudiamkan sejenak. Matanya terbalik sampai putihnya saja yang kelihatan.
“Okhh.. Enaknya.. Luar biasa.. Ayo.. Mltinn.. Ambil. Ambil semuanya. Akh.. Puaskan aku. Jangan sisakan sedikitpun.. Sampai nggak bisa bangun.. Akhh” erangnya mulai memutar pinggulnya.
Kuputar putar pantatku yang membuat penisku memutar didalam vaginanya dan tekananku tetap kuat walau sudah amblas semuanya ditelan vaginanya. Rupanya kontolku menabrak semua urat syaraf yang ada di liang vaginanya yang membuatnya kenikmatan.
“Enak banget Maltinnn … saayyyaaanggg.. Kamu apain siih..?” tanyanya Fang Yin sambil mengerang.
Kedua tanganku dengan ketat membetot kedua susunya. Bibirku menyedot bibirnya dan kadang dengan gemas menyedot puting susunya. Dan pantatku tetap dengan kuat menekan vaginanya dengan berputar saja tanpa mengocoknya. Dengan cara begitu rupanya dia senang. Akhirnya kurasakan siraman hangat di kepala penisku. Ternyata dia sudah keluar dengan jurus pembuka ini.
“Akhh.. Maltinnn … sayang….. Aku keluar..” katanya dengan kedua pahanya mengunci pinggangku dengan kuatnya sampai akhirnya kurasakan melemas dan jatuh terlentang di sofa.
Aku yang masih belum apa-apa mengangkat tubuhnya ke tepi tempat tidur. Setengah badannya ditempat tidur, sementara tepat pantatnya mengganjal di sudut tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Oh indahnya vaginanya menggembung menantang.
Garis belahan vaginanya dari atas sampai kebawah memanjang membelah dua bibir yang menggembung itu. Kuusap-usap lagi dengan jari tengahku mengikuti belahan vagina tersebut. Saat kulihat dia siap, kurarahkan batang kontolku ke lubang vaginanya.
“Oohh.. Maltinnn.. Ampun.. hoonnneeyyy.. Biarlah aku jadi budakmu, asal kau bayar dengan kontolmu..” katanya memasrahkan diri saking nikmatnya.
“Makan semuanya.. Akhh.. Ambil.. Ambil vaginaku.. Maltinn..” katanya terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.
Seperti piston begitu penisku keluar masuk vaginanya sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di tempat tidur. Kedua tangan Fang Yin mencengkram kasur dan dia berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya kontolku di vaginanya.
Wajahnya seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan. Tak berapa lama kembali kurasakan kepala kontolku disiram cairan hangat di dalam vaginanya.
“Akhh.. Aku keluar lagi Maltinn.. Kau hebat.. Belum apa-apa” katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa.
Sebenarnya aku telah dipuncak gairah, tapi karena timingnya nggak tepat agar bersamaan keluar, akhirnya kukendorkan lagi, biarlah dia orgasme berikutnya agar kami sama-sama keluar, pikirku. Masih setengah badannya di tempat tidur, kubalikkan tubuhnya sehingga pantatnya tertungging dan kaki tertekuk ke bawah sementara buah dadanya tergencet tubuhnya dengan tempat tidur.
Posisi ini sangat menantang, pantatnya bulat padat berisi dengan gundukan vaginanya terjepit di batang pahanya yang padat. Klitorisnya mengintip di celah vaginanya yang terjepit itu dengan genit. Dengan dua tangan kubuka bongkahan pantatnya dan agak menekan sehingga vaginanya keluar dari persembunyiannya.
Lubang vaginanya langsung mencuat ke atas mengundang batang zakarku untuk memasukinya. Kutempelkan kepala penisku tepat di lubang vaginanya, lalu kutekan yang diiringi desisan yang keluar dari mulut kami berdua. Bless.. Bless.. Suara batang zakarku menelusuri liang vaginanya yang becek.
“Aukh.. Nikmat..” erangnya.
Kutekan terus pantatku sampai amblas semua batang zakarku. Kemudian kususupkan tanganku meraih susunya yang tergencet tempat tidur. Setelah kubetot dua-duanya, kuciumi sebentar punggungnya dan tengkuknya. Perlahan kugoyayang pantatku sehingga penisku keluar masuk vaginanya. Kuhentak-hentakkan pantatku sambil memeluknya dengan kuat.
“Okhh.. hooonnneeeyy.. Kau pintar sekali.. Nyaman bangat posisi gini..” erangnya mendesah-desah.
Terus kupercepat kocokan penisku di vaginanya yang banjir. Sebenarnya tadi dia mau membersihkannya, tapi kularang, biar bunyi, kataku. Sepertinya dia sudah semakin puncak, pantatnya semakin dia tunggingkan menyambut sodokan penisku.
“Ayohh.. Jantanku.. Semakin kuat.. Ayoh.. “Puaskan aku. katanya sangat bergairah.
Aku janji akan memberi apa yang kamu mau asal yang satu ini selalu tersedia untukku, katanya lagi semakin ngawur.
Memang kalau orang menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia, akan bertekuk lutut di hadapannya. Kurasakan waktuku sudah dekat, kupercepat kocokan penisku di vaginanya, semakin cepat, cepat, dan tiba-tiba kutangkap kuat buah dadanya dan mendekapkan dadaku ke punggungnya, sementara tangannya menangkap pantatku dan mengangkat kepalanya. Sodokan terakhir kuhentak sekuat-kuatnya yang disambut dengan tunggingan pantatnya dan..
“Akhh.. Aku keluar.. Sayang.. Akh. Akh..” erangku melepas spermaku yang muncrat kuat memenuhi rahimnya sampai terasa banjir di seluruh liang vaginanya.
“Okh.. Enaknya.” katanya mengakhiri sisa-sisa orgasmenya.
“Akh.. Sungguh kamu luar biasa Maltinn..” katanya dengan ekspresi lega di wajahnya.
Sementara penisku masih tertancap di vaginanya dan tubuhku masih menindih tubuhnya yang tengkurap. Setelah kami tenang, kucoba mencabut penisku dari jepitan veginanya yang masih terasa kuat menjepit. Bunyi plok, terdengar katika kepala penisku tercabut dari lubang vaginanya. Kami merubah posisi rebahan di tempat tidur dengan kepalanya bersandar di dadaku.
“Makasih ya maltin sayangku, belum pernah aku merasa sepuas ini,” katanya bahagia.
“Emangnya suamimu gimana?” tanyaku mencoba menyelidiki.
“Sebenarnya aku nggak mau kita membicarakan itu, cukup kita berdua saja,” Katanya.
“Oke, nggak apa-apa” kataku.
Demikianlah dari pagi sampai sore kami melakukannya seolah tidak pernah puas. Benar permintaannya terpenuhi. Jadilah lemas semua badanku ketika aku pulang tetap membawa sejuta kenikmatan.,,,,,,,,,,,,,,,
Leave a Reply