Namaku Adinda, Umurku 20 tahun. Saat ini aku masih duduk di bangku kuliah di salah satu universitas terkenal di kota Jakarta. Setiap hari aku selalu disibukan dalam hal hal yg positif.

Selain kuliah, aku juga sibuk mengajar di sebuah bimbel, walaupun gajinya tak begitu tinggi tapi setidaknya masih bisa menutupi keperluan kuliahku tanpa harus meminta dari orang tua ku yg berada di pulau sumatera.

Di sini aku tinggal di sebuah tempat kos berbentuk bedeng sederhana yg memiliki one gate system yg dihuni oleh teman teman kos yg baik dan ramah. Kami tak pernah pelit untuk saling membantu antar sesama teman kos, dalam hal apapun.

Aku sengaja memilih tempat kos disini karena walau agak jauh dari kampusku, tempat nya juga terkesan baik. Di tempat kos ini, laki laki dilarang masuk, jadi jika ada yg mengajak teman laki laki atau pacarnya, maka yg diajak itu harus menunggu diluar.

Begitulah kebijakan pemilik kos tempat ku tinggal ini yg sangat aku sukai. Seumur hidupku, aku belum pernah mengalami apa yg orang sebut dengan pacaran. Jangankan pacaran, berjalan berduaan dengan teman pria ku saja aku tak pernah.

Bukannya aku tak menyukai laki laki, namun aku yg sejak SMA aktif di kegiatan Rohis dan dikampus aktif dalam organisasi keislaman membuat ku paham bahwa pacaran itu dilarang.

Aku lebih memilih single dan menjaga diriku baik baik hanya untuk suami ku kelak. Kulihat jam menunjukan pukul 7 pagi. Aku sedang duduk diatas tempat tidurku sambil menunggu sesuatu datang.

SFX : tok tok tok

Sebuah suara pukulan antara dua kayu terdengar datang dari kejauhan. Aku segera memandangi cermin memastikan tak ada semili pun aurat ku yg tampak. Aku segera berlari menuju gerbang memanggil penjual makanan yg telah menampakan wujudnya.

Aku : mang, mie ayam nya semangkok ya.

Aku memberikan sebuah mangkok yg sudah ku bawa dari kamar ku kepada penjual mie ayam itu. beliau ini sudah setiap hari lewat didepan kos ku. Biasanya banyak teman teman kos ku yg membeli namun karena ini adalah hari minggu, maka teman teman ku biasanya bangun kesiangan.

Penjual mie ayam : ini neng, seperti biasa dibanyakin sayurnya

Aku menyambut mangkok panas itu dengan hati hati agar jemari tangan ku tak bersentuhan dengan jemari penjual mie ayam itu. setelah ku serahkan uang nya, aku segera masuk ke kamar dan menikmati sarapan pagi dengan mie ayam kesukaan ku.

Setelah menyelesaikan santap pagi, aku segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi yg ada didalam kamarku. aku melepas kerudung panjang ku yg belum ku lepas sejak membeli mie ayam tadi, lalu disusul oleh blus merah muda ku,

Dengan begitu terpampanglah payudara yg ukuran nya tak begitu besar, hanya 34A, yg masih tertutup oleh bra hitam yg juga langsung ku tanggalkan sehingga payudara ku mencuat. Kemudian aku melepaskan kaitan rok panjang ku dan meloloskan nya melalui kedua kaki ku.

Kemudian disusul oleh celana training panjang yg juga selalu ku pakai agar betis ku tak tersingkap disaat aku berjalan. Kini tampaklah kedua kaki jenjang ku yg putih mulus tanpa celah yg tak pernah dilihat oleh laki laki manapun bahkan teman perempuan ku pun tak pernah melihatnya karena aku tak pernah memakai celana hotpants walau didalam kos atau rumah.

Kini aku hanya tinggal menggunakan celana dalam pink yg juga ku loloskan hingga tampaklah memek ku yg selalu ku rawat dan bulu nya ku cukur setiap seminggu sekali.

Aku mengguyur tubuh mulusku dengan air dari gayung. Aku mengambil botol sabun cair dan menumpahkan isinya ketelapak tangan ku. aku pun langsung memakaikan sabun cair itu ke seluruh tubuhku mulai dari lengan, payudara, perut, leher dan juga kaki. Busa busa sabun itu nyaris menutupi tubuhku. Lalu ku bilas semua busa itu hingga tubuh mulusku terpampang lagi. Dengan cepat ku selesaikan mandi ku.

Aku keluar kamar mandi dengan handuk yg melilit menutupi tubuh mulai dari dada hingga 10cm dari pangkal paha ku. aku kaget ketika ku lihat jendela kamar ku masih terbuka. Khawatir jika ada orang lain walaupun itu perempuan yg akan melihat aurat ku. ketika aku bergegas menutup jendela, handuk ku pun terlepas dan terjatuh kelantai hingga membiarkan tubuh telanjang ku terlihat jelas.

Tak bisa ku bayangkan jika suami ibu kos disini melihatku seperti ini, aku pasti akan sangat menyalahkan diriku dan menyesalinya. Ku tutup jendela dan ku rapatkan gorden agar tak satupun mata dapat memandangiku yg sedang telanjang kini didalam kamar ku.

Masih ku biarkan handuk itu tergeletak dilantai kamar ku karena sudah ku pastikan tak ada celah untuk mengintip dikamarku ini. Lagipula mana mungkin ada perempuan yg begitu niat nya mengintip wanita lain dan aku pun yakin bahwa tak ada yg memilki kelainan seksual ditempat kos ini.

Ketika aku hendak mengambil handuk yg terkapar itu, aku terpeleset karena lantai yg basah akibat tetesan air ditubuhku hingga aku terjatuh kelantai dan pantatku terasa sakit, dan kaki ku yg terpeleset tadi tanpa sengaja mendorong handuk itu hingga terkena ke lantai kamar mandi yg masih sangat basah.

Aku perlahan bangun sambil memegangi pantat ku yg sakit dan mengambil handuk itu, sayangnya handuk itu sudah lumayan basah dan tak bisa lagi ku gunakan.

Akhirnya ku putuskan untuk langsung memakai pakaian saja. Belum sempat ku membuka lemari pakaian, handphone ku bordering. Ku lihat Dika, teman kuliah ku yg menelpon. Aku sebenarnya malas mengangkat telpon dari laki laki tapi karena aku dan Dika memiliki urusan tugas kelompok, maka aku terpaksa mengangkatnya.

Setelah Dika selesai membicarakan masalah tugas kelompok, ia belum juga ingin menutup telepon itu malah ia meminta waktu agar aku bersedia mendengar curhatan nya.

Awalnya aku ragu namun karena Dika ini termasuk orang yg sangat baik, aku mengizinkan nya untuk menceritakan masalahnya padaku. Akibat terlena mendengar curhatannya, aku tak sadar membaringkan tubuhku diatas kasur dan aku baru ingat jika aku belum memakai pakaian apapun.

Ingin sekali aku menghentikan pembicaraan nya namun ia terus saja berbicara tanpa memberi celah dan tanpa sadar jemari tangan ku memegang putting ku dan memutar mutarnya.

Aku : awwww

Aku tak sengaja mendesah saat putting ku dipelintir oleh jemari ku sendiri

Dika ; kenapa din?

Aku : ohh gak apa Dik, aku tadi kejepit, terusin aja ceritanya

Dika : ohh kirain kenapa.. iya aku lanjut nih

Sambil mendengar cerita dari Dika tanpa bisa ku kontrol tangan ku menggeraygi perut dan payudaraku. Lalu aku pun tak sadar meremas payudaraku yg ku lihat putting nya sudah mengeras.

Aku : ssshhhhhhhhh ahhhhh

Tak bisa ku kendalikan, desahan itu terdengar kembali dari mulutku

Dika : kamu kenapa lagi din? Kok mendesah gitu?

Aku : ah gak apa apa Dik. Kepedesan tadi makan mie ayam cabe nya kebanyakan

Dika : kamu kok kayak orang lagi…

Aku : hahh lagi apa?

Dika : ya lagi itu

Aku : lagi apa?

Aku khawatir jika dia tahu apa yg ku lakukan

Dika : lagi apa ya? Lagi gak tahu.. hahahahaha

Dika tertawa dengan keras, aku malu karena melakukan ini dan lebih lebih lagi aku melakukannya saat sedang berbicara di telepon dengan teman laki laki ku. salah ku sendiri kenapa mau mendengar curhatannya dan menunda memakai pakaian.

Namun sensasi mengobrol dalam keadaan telanjang ini memberi sensasi berbeda pada diriku, apalagi saat aku meremas payudaraku. Ah kenapa aku jadi begini, aku tdk boleh meneruskannya. Aku pun belum pernah melakukan ini sebelumnya karena aku selalu menghindarinya.

Aku : Dik, sudah dulu ya. Ada yg mau aku kerjain dulu.

Dika : yaah kan belum selesai.

Aku : kita sudah ngobrol 10 menit lebih Dik. Maaf ya, aku gak mau ngobrol lama lama sama laki laki.

Dika : iya deh, kalo gitu kapan kapan aku telepon lagi ya

Aku : lihat saja nanti ya.

Aku menutup telepon dan ku lihat air di tubuhku sudah mongering dan justru memek ku lah yg basah.

Aku : ini basah karena apa ya? Apa ini yg orang sebut dengan terangsang?

Aku mengambil tisu disebelah kiri tempat tidurku dan mengelap tisu itu ke permukaan memek ku dan mengelapnya agar ia mongering.

Tapi yg ku lakukan justru membuat memek ku makin basah dan aku makin merasa kenikmatan yg tak pernah ku lakukan. Payudara ku pun makin membesar. Oohhh aku semakin tak sadar diri, aku ingin terus merasakan kenikmatan ini.

Gerakan tangan ku semakin cepat mengelap memek ku dengan tisu dan semakin kuat meremas payudara ku. aahhhh desahan ku pun makin menjadi jadi seakan aku lupa jika ada orang yg bisa mendengar desahanku dari luar kamarku.

Oohhhh aku makin tak tahan, rasanya makin menuntut untuk dipuaskan dan aku makin tak terkendali lagi. Ku buang tisu tadi dan aku tekankan jari telunjuk ku ke klitorisku dan rasanya semakin enaak. Tangan kiriku bergantian meremas remas kedua payudaraku yg terlihat seperti ingin meledak.

Dan dalam ditengah kenikmatan itu, aku merasa aka nada yg keluar dari memek ku dan saat cairan yg tak ku tahu namanya keluar dari lobang memek ku, disaat itu aku merasa kenikmatan yg aku tak pernah dapatkan dan bersamaan dengan keluarnya cairan itu aku menyebut sebuah nama,

“Angga”.

Memek ku berkedut seiring berkurang nya cairan itu keluar dari memek ku. Aku merasa lemas dan tak berdaya. Aku terkulai lemah diatas tempat tidurku dengan air mata menetes dari sudut mataku. Aku menyesal telah berbuat seperti itu tadi.

Benar benar tak mencerminkan diriku yg kesehariannya selalu menjaga kesucian diriku dan memakai kerudung panjang sepinggang serta gamis longgar dan kaos kaki yg menutupi kaki ku. namun saking lemasnya, aku tak mampu bangun untuk mengambil pakaian dan aku pun terlelap tidur dengan keadaan telanjang bulat.

Mata ku perlahan terbuka. Terasa sekujur tubuhku terasa dingin dan lelah. Wajar saja, aku tertidur tanpa memakai busana sehelai pun. Aku teringat bahwa aku telah melakukan apa yg mungkin orang orang sebut dengan masturbasi.

Hatiku merasakan emosi yg tinggi saat ku teringat pada bagaimana aku menikmati perbuatan itu. aku mengutuk dan mencaci diriku yg gagal menjaga kesucian ku dan dengan rela bermasturbasi padahal sebelum ini aku sangat membenci perbuatan itu, dan hanya akan denga suami ku kelak aku akan melakukan nya untuk yg pertama kali dalam hidupku tapi yg ada aku malah menikmati permainan tangan ku sendiri.

Ohh jika ku bisa memutar waktu, aku pasti akan mencegah diriku untuk berbuat demikian. Air mata mulai mengalir disudut mata ku.

Aku pasti malu berjumpa dengan teman teman akhwat ku, malu berjumpa dengan teman teman yg menganggapku sebagai gadis baik baik, dan terutama aku akan malu pada Dika yg mendengar ku mendesah tadi. Ahh perasaan ini berkecamuk dalam hatiku.

Aku makin tak mampu bangkit dari ranjang ini sementara tubuh ku semakin kedinginan. Rasanya ingin menghilang selamanya dari dunia ini atas kesalahan yg ku lakukan ini.

Ku lirik jam dinding, jarum pendek hampir mengarah ke angka 11. Berarti aku telah tertidur selama dua jam. Ya ampun, aku melewatkan serial favoritku, acara kamen rider versi Indonesia disalah satu stasiun televisi swasta. Aku sangat suka menonton serial itu, dari season pertama hingga sekarang jarang terlewatkan, eh kok malah bahas serial kamen rider ya..

Ku buka lemari pakaian yg terbuat serbuk kayu itu. ku pilih pakaian kaos lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga jingga di ujung lengan nya dan rok tipis bermotif bunga berwarna coklat muda.

Saat memakai pakaian itu, ku perhatikan wajah ku lumayan cantik dan tubuh ku pun cukup menarik. Terpesona aku menantap tiap lekuk tubuh ku dicermin dank u jatuhkan kaos yg ku hendak ku pakai. Aku mendekati cermin itu dan menatap bagian bagian vital tubuhku.

Ku perhatikan payudaraku yg bulat dengan putting coklat nya mengacung, memek ku yg mulus karena tiap minggu selalu ku cukur bulu nya, pinggang ku yg ramping dan pantat ku yg sekal yg tak pernah terjamah oleh siapapun namun ku kini ku remas dengan gemas pantatku.

Perlahan tangan ku meraba halus permukaan perut ku dan perlahan naik ke payudaraku. Saat rabaan halus ini menyentuh putting, ku rasakan seperti tersengat aliran listrik. Mataku terpejam menikmatinya.

Wajahku sungguh erotis saat ku lihat melalui cermin. Tangan ku yg tadi bermain di area pantat mulai berpindah kedepan. Ku elus elus memek ku dan ingin sekali ku masukan jariku kedalam nya. Ahhh aku tak berani, aku takut jika aku kehilangan keperawanan ku karena ini.

Terus ku elus memek ku hingga ia mulai kembali basah. Ooohh aku mendesah kenikmatan. Sesekali ku lihat kearah jendela siapa tahu gorden nya tersingkap dan ada orang yg mengintip aksi hina yg ku lakukan ini.

Gerakan jari tangan ku makin cepat menggosok bagian yg menonjol di memek ku . Tangan ku satu nya tak lagi meremas payudaraku, melainkan bertumpu pada tembok dimana posisi ku saat ini tengah menungging dengan paha yg dilebarkan.

Aku makin terangsang saat melihat diriku sendiri yg sedang menahan nikmat melalui cermin. Rasanya makin menjadi jadi, buat aku makin ingin terus melakukan ini tiap saat dan rasa itu muncul lagi, rasa seperti ada yg ingin keluar dari memek ku, seperti rasa ingin pipis, makin mendekati, makin nikmati, ku percepat gesekan jari tangan ku dan…

Seseorang : dindaaa?? Kamu didalam?

Seseorang memanggil namaku dan membuatku refleks menghentikan masturbasi ku yg sudah hampir menemui puncak kenikmatan nya. Rasa “ingin pipis” itu mennghilang akibat rasa cemas dan kaget yg ku alami. Bagaimana jika dia mendengar desahan ku tadi, atau ada sebuah celah dimana ia bisa mengintip apa yg ku lakukan tadi.

Aku cepat cepat mengusir pikiran itu dan buru buru memakai pakaian yg tadi ku ambil tanpa memakai pakaian dalam karena sangat terburu buru.

Aku : iyaa aku didalam, tunggu sebentar.

Aku terburu buru memakai rok panjang ku dan untung saja tdk terbalik.

Aku membuka pintu dan Tiara sudah berdiri disana sambil mengetik sesuatu di layar android nya.

Aku : eh, ada apa Tia? Tumben pagi pagi sudah mampir?

Tiara : tumben apa nya? Kamu yg tumben sampe jam segini masih tutup pintu

Aku : oh tadi lagi dari toilet, jadi pintunya ku tutup

Tiara : ah dari pagi juga ditutup, kamu sakit?

Aku : nggak, kenapa? Aku pucet ya?

Tiara : nggak, tapi kamu keringetan gini

Aku : ohh a..aaku tadii habis beres beres rumah jadi keringetan

Tiara sedikit mengintip kedalam kamar ku.

Tiara : masih berantakan, apa yg diberesin

Aku : ehhmm anu.. kan belum selesai, ti. Iya belum selesai.

Tiara : ohh, temenin aku ke rumah Iwan ya

Aku : hah, kerumah Iwan? Kapan?

Tiara : sekarang. Kapan lagi emangnya.

Aku : ngapain kerumah dia, jalanan nya serem. Banyak anak anak nakal disana.

Tiara : ya justru itu aku minta temenin kamu, yg lain pada gak bisa. Ada yg lagi buat tugas, ada yg mau ke mall, ada yg sakit.

Aku : huhh, kenapa gak besok atau sore nanti saja?

Tiara : ya soalnya aku butuh sekarang. Dia jam setengah satu ini mau pergi sama bokapnya mancing, kan aku mau pinjem buku buat besok bahan presentasi. Mau yaa?

Aku : kenapa gak dia nya saja yg kesini?

Tiara : ya gak tahu, kamu kan tahu dia itu resek banget. Kalo giliran ditraktir makan dia mah duluan.

Aku : ya sudah, aku ganti baju dulu ya

Tiara : ahh gak usah, nanti dia keburu pergi. Baju ini saja.

Aku : iya iya, tapi aku pake kaos kaki dulu

Tiara : iya buruan.

Aku mengambil dan memakai kaos kaki berwarna krem dan sepasang sepatu wedges hijau menghiasi kaki ku. Panjang kaos kaki itu setinggi lutut maka aku rasa tak perlu lagi memakai celana training dibalik rok ku. Lalu bagaimana pakaian dalam ku, ah Tiara masih sedang berada didalam kamar ku, mana mungkin aku mengambil bra dan celana dalam didalam lemari kecil yg berada disebelah nya.

Sudahlah, untuk pertama dan terakhir aku keluar tanpa memakai pakaian dalam. Lalu ku ganti kerudung ku yg tadi berwarna putih menjadi warna hijau tua. Kerudung ini panjang nya sepinggang hingga tak aka nada yg tahu jika aku tak memakai bra dan semoga juga tak ada yg menyadari jika aku tak memakai celana dalam.

Aku : kita naik apa?

Tiara : naik angkot lah. Kan kita gak ada motor

Aku : kan masuk kejalan rumah nya jauh

Tiara : ya maka nya aku buru buru kesana

Tiara berbeda sekali dengan ku. Ia adalah seorang gadis yg modis dan selalu bergaya seksi. Tapi dia bukan wanita yg gampang dirayu laki laki. Justru ia pernah memukul wajah laki laki yg pernah menggoda nya di jalan menuju kosan kami, maklum katanya dulu dia pernah juara 1 lomba silat disekolah nya jadi wajar kalo dia berani dan aku sendiri merasa aman saat bepergian bersama dia, kecuali hari ini karena aku tak memakai pakaian dalam.

Sebuah angkot yg kami tunggu pun tiba. Tiara melambaikan tangan nya dan sopir angkot itu pun menghentikan kendaraan nya. Kami menaiki angkot itu. tiara mendapat kursi paling dekat dengan pintu dan ketika aku melihat kedalam angkot, hanya tinggal satu kursi kosong, yaitu ditempat paling ujung disamping preman yg nampaknya sedang asik mendengar lagu melalui earphone nya.

Terpaksa aku harus menungging untuk menuju kursi ujung itu dan disaat itu aku tersadar bahwa rok yg ku pakai ini sebenarnya sedikit ketat dan agak tembus pandang.

Ekspresi muka ku berubah ketakutan, ku harap orang orang di angkot ini tak menyadari bahwa aku tak memakai celana dalam. Nampaknya harapan ku meleset, preman disamping ku mulai berani memandangi sekujur tubuhku terutama bagian paha ku yg juga cukup tembus pandang.

Untung saja bagian memek ku masih tertutup oleh kaos ayng panjang nya hingga beberapa centi dibawah pangkal paha. Aku benar benar merasa malu dan serba salah dalam posisi seperti ini. Ditambah lagi laki laki didepan ku pun memandangi rok ku.

Ah tdk mungkin jika dia memandangi rok ku karena rok ini bagus dan ingin bertanya berapa harga dan dimana belinya, pastilah ia memperhatikan isi dibalik rok ini.

Diperhatikan seperti ini membuat hatiku panas, tubuh ku hanya untuk suami ku pak, begitu gumam ku dalam hatiku. Selain tatapan nakal laki laki didepan ku, preman disamping ku menurunkan tangan kirinya di antara kedua paha kami.

Hingga akhirnya paha ku tersentuh oleh tangan nya walau masih dibatasi oleh rok panjang.
Aku makin merasa ingin marah, namun disatu sisi tubuh ku berkata lain. Entah mengapa aku makin ingin diperlakukan lebih jauh dari ini.

Oh tdk mengapa aku berpikir seperti ini dan kurasakan memek ku mulai basah. Rasa yg sama saat aku telanjang didalam kamar muncul lagi. Oh tdk, jangan disini, tak mungkin aku menuntaskan hasrat ini disini. Tolonglah jangan usik ku lagi, jangan buat aku berbuat kesalahan yg sama untuk ketiga kalinya.

Tapi rangsangan kini begitu kuat, ditambah tertunda nya penuntasan nafsu karena kedatangan Tiara tadi. Perasaan bingung makin menjadi jadi didalam pikiran ku. Tatapan mata nya itu buat birahi ku mulai terbakar dan sentuhan tangan nya diluar rok ku pun membangkitkan rasa ingin selalu dijamah oleh tangan laki laki.

Aku benar benar tak tahan dan akhirnya ku masukan tangan ku kedalam jilbab lebar dan aku pelan pelan memutar putting ku dari luar kaos ku. Gesekan kaos membuat aku makin merasa nikmat namun rasanya tak senikmat jika menyentuhnya tanpa penghalang. Ku jaga gerakan tangan dibalik jilbab ini agar tak ketahuan orang orang jika aku sedang meremas payudaraku.

Ku posisikan tubuh ku agak membungkuk agar jilbab ku makin lebar terjuntai kebawah dan tak terlihat ada tangan yg bergerak didalam jilbab itu. ahh sensasi nya benar benar nikmat, bagaimana jika aku telanjang didepan laki laki ini, ah tentu aku tak akan memuaskan diriku sendiri tapi mereka lah yg akan memuaskanku.

Aku menggigit bibir bawahku agar desahan ku dapat tertahan. Ekspresi muka ku pun ku jaga sebaik mungkin agar tak seorang pun tahu jika aku sedang bermasturbasi, terutama Tiara yg sedari tadi masih sibuk menatap layar androidnya.

Nampaknya kondisi jalanan pun mendukung, saat itu macet panjang terjadi. Semua penumpang tertidur didalam angkot termasuk Tiara pun tertidur dengan smartphone yg masih ia genggam. Aku sedikit khawatir jika ada orang yg mengambil kesempatan itu dan mengambil smartphone miliknya.

Sementara dua laki laki di depan dan disampingku masih sibuk dengan diriku. Laki laki didepan ku mulai mengelus bagian selangkangan nya sementara preman disampingku memasukan tangan nya kedalam jilbab ku dan meremas payudara ku.

Ia akhirnya sadar jika aku tak memakai bra. Melihat aku yg tak melawan, ia makin remas payudara ku dengan keras. rasanya sakit namun nikmat, baru kali ini ada tangan laki laki yg menyentuh tubuhku dan ini bukan hanya sekedar menyentuh melainkan mencabuli, namun anehnya aku tak marah malah menikmati. Jalanan masih dalam keadaan macet, preman disampingku meletakan tas ranselnya diatas pangkuanya.

Lalu ia menuntun tangan ku yg tak pernah disentuh oleh laki laki selain ayah dan kakak laki laki ku menuju daerah selangkangan nya. Aku seperti terhipnotis dan menuruti apa yg ia mau. Ia membuka resleting celananya dan aku pun bisa merasakan ada sebuah benda panjang dank eras didalam genggaman tangan ku.

Entah apa yg merasuki ku, aku merasa tak berdaya saat ia membisikan ditelingaku untuk mengocok benda itu, dan aku yg sebelumnya tak tahub apa apa bagaimana cara memperlakukan benda itu malah mulai melakukannya tanpa perlawanan.

Sejenak aku ingin menghentikan dan melawan namun kenikmatan yg ia berikan pada payudaraku mempengaruhiku. Aku tak dapat berkutik dibuatnya kecuali hanya menikmati apa yg ia lakukan terhadapku dan menikmati apa yg aku lakukan terhadapnya.

Laki laki didepan ku pun tampaknya sedang melakukan sesuatu pada k0ntolnya, aku tak tahu karena ia menutupinya dengan jaket yg tadi nya ia pakai tapi sekarang sudah ia lepas dan ia letakan dipangkuannya. Ia pun terlihat menahan nikmat dan melihat ekspresi nya seperti itu malah makin menambah birahi dan kekuatan tangan ku untuk mengocok k0ntol preman ini.

Makin nikmat dan makin nikmat, aku tak mampu menahan kenikmatan yg tak seharusnya aku dapatkan ini selain bersama suamiku. Ya, aku tahu ini salah namun aku malah membiarkan ia melakukan ini terhadapku, bukan, tapi aku yg membiarkan diriku melakukan ini terhadapnya.

Dan tak bisa ku percaya jika tangan ku yg dari tadi meremas payudara kiriku kini menggenggam tangan nya yg meremas payudara kanan ku dan menuntunya kearah memek ku. Bagaikan mendapat durian runtuh, preman itu tampak kesengangan.

Preman : ternyata cewek berjilbab panjang kayak lo nafsu nya tinggi juga ya, pantesnya lo jadi lonte deh

Preman itu berbisik di telinga ku dan mmbuat nafsu ku makin memuncak. Seiring dengan nafsu yg terus tak terkendali, kocokan tangan ku pada k0ntolnya pun makin cepat dan tangan ku satunya menekan tangan preman itu yg sedang bermain di memek ku yg masih tertutup oleh rok.

Kemudian preman itu membisikan sesuatu ketelingaku seraya mencium pipiku. Bisikan itu lagi lagi mempengaruiku hingga kini ku lebarkan paha ku dank u lepaskan salah satu wedges yg ku pakai.

Tanpa ada rasa khawatir dan malu, aku mengangkat kaki kananku lalu menggesekan kaki ku yg masih terbungkus kaos kaki krem ke k0ntol laki laki didepan ku. Ternyata pria itu sangat menikmati servis yg diberikan oleh kaki ku, raut muka nya yg kenikmatan membuatku makin gemas dan greget dengan k0ntolnya.

Aku makin menekan dan menggesek dengan keras k0ntolnya hingga akhirnya ku rasakan sesuatu cairan yg hangat membasahi kaos kaki ku. Ku lihat wajahnya berubah sangat lega dan aku menurunkan kaki ku serta memasukannya kembali kedalam wedges.

Kini ku nikmati lagi permainan tangan preman di memek ku yg terkadang menekan, mendorong dorong, menggesek atau mencubit. Aku makin terhanyut nafsu dan kocokan tangan ku pada k0ntolnya pun makin cepat.

Sama seperti kejadian tadi, k0ntol preman ini menyemburkan cairan kental dan hangat. Lalu ku keluarkan tangan ku dari bawah tas nya dan ternyata cairan putih itu sudah mengotori telapak tangan ku yg mulus.

Preman itu lalu membisikan sesuatu lagi padaku dan tanpa ragu ku jilat jemariku yg telah dilumuri cairan putih hangat itu. aku sempat berpikir bahwa itu adalah sperma laki laki.

setelah sperma itu bersih ku jilati, ia segera turun dari angkot yg sedari tadi sudah berjalan disusul oleh laki laki dihadapanku tadi. Tak lama kemudian, semua penumpang terbangun dan aku pun terkejut ketika menyadari posisi duduk ku yg mengangkang dan kaki kanan ku yg lengket akibat sebuah cairan putih kental.

Tiara segera melihat lihat keluar jendela, lalu ia berkata bahwa kami tempat yg akan kami tuju sudah lewat namun tak seberapa jauh. Kami segera turun dari angkot, saat membayar mata sopir itu berkedip melihatku sambil mengatakan bahwa berapa tarifku selama satu jam.

Aku merasa tersinggung dengan perkataan itu namun tak ku ladeni. Saat Tiara hendak mengabari Iwan bahwa kami akan segera sampai dan apakah Iwan masih dirumah, ia tersadar bahwa smartphone nya sudah berpindah tangan.

Tiara : dikantong ku juga gak ada.

Aku : coba periksa lagi, mana mungkin hilang

Baru saja hp milik Tiara diambil secara santai oleh preman yg mencabuliku di angkot tadi. Namun aku tak berani mengatakannya, entah kenapa aku terbungkam. Aku merasa ingin pura pura tak tahu apa yg terjadi.

Tiara : kamu punya nomor atau kontak BBM Iwan? Nanti dia sudah pergi, lagipula ini sudah terlambat.

Aku : ku rasa ada. Dulu pernah nyimpen nomor nya.

Tiara meraih hp ku dan mencari kontak Iwan. Dengan terburu buru ia menelpon nomor Iwan.

Tiara : nomornya sibuk. Aku sms saja ya

Aku : iya gak apa sms saja.

Dengan cepat Tiara mengetik sms untuk Iwan sambil kami berjalan memasuki jalan kecil menuju rumahnya. Jarak dari jalan raya menuju rumah Iwan sekitar dua kilometer. Kalau malam, daerah ini terkenal rawan. Banyak preman yg suka mabuk, begal, pemerkosa, sampai tukang todong pun konon suka beroperasi ditempat ini. Untungnya saat ini siang dan jalanan ini sangat ramai.

Tiara : ehmm Din, rok kamu kok basah?

Aku : ohhh, hmm ini, tadi itu.. kursi angkotnya basah

Tiara : kirain kamu pipis di angkot. Hahahahah] Aku : ahh ada ada saja. Mana ada perempuan cantik gini pipis di angkot.

Semoga saja Tiara tak menyadari bahwa aku tak memakai pakaian dalam atau ada bekas sperma di telapak kaki kanan ku.

Tak terasa, kami sudah sampai rumah Iwan. Aku pernah kesini sebelumnya namun agak sedikit lupa dengan jalannya. Jika tak ditemani oleh Tiara mungkin sudah nyasar. Maklum, disini ada banyak belokan belokan jadi sulit sekali menghapal jika baru sekali dua kali kesini.

Aku : nah itu Iwan, dia belum pergi

Iwan melihat kedatangan kami dan membuka gerbang.

Iwan : ditunggui dari tadi, akhirnya datang juga.

Tiara : maaf, Wan, jalanan macet. Kan kami naik angkot

Iwan berperawakan gendut dan kulitnya gelap. Rambutnya dibentuk spike dan jarang sekali terkesan rapi. Iwan menatapi diriku dengan seksama.

Iwan : eh ada Dinda, apa kabar Dinda?

Aku : ehhmm baik, Wan.

Aku menundukan pandangan ku dihadapan nya.

Iwan : ya sudah, masuk dulu yuk. Pasti haus kan habis dari macet.

Tiara : wah tumben kamu baik, Wan.

Aku : hmm aku diluar saja ya, Ti. Aku gak mau masuk.

Tiara : loh kenapa? Kan aku temeni, kalian juga gak berduaan. Masuk saja.

Aku : tapii.. hmmm

Tiara : udah masuk aja. Gak baik kan nolak rezeki

Aku bukan nya segan atau malu untuk masuk kerumah laki laki, karena ada Tiara yg menjadi orang ketiga diantara kami. Namun yg ku takutkan adalah bagaimana jika bercak sperma di kaus kaki kanan ku ini terlihat oleh Iwan atau Tiara, atau aroma nya menyebar diseluruh ruangan.

Dengan ragu ragu ku lepaskan wedges ku. Ku rasakan masih ada yg lengket di kaus kaki ku. Tak mungkin ku lepas kaus kaki ku disini, dihadapan seorang laki laki yg bukan muhrim ku. Dengan pelan aku melangkah masuk kedalam.

Rasa cemas mulai merajai hatiku. Antara cemas jika Iwan tahu aku tak memakai apa apa dibalik rok ku ini, dan cemas jika ia tahu ada bekas sperma di telapak kaus kaki ku. Jantung ku berdebar, aku tak focus berbicara. Ku harap Tiara cepat menyelesaikan urusan nya.

Tiara akhirnya mengajak pulang. Aku pun mulai lega. Awalnya Iwan menawarkan tumpangan namun aku bersikeras menolak jika dibonceng oleh laki laki. Kami mulai melangkah pergi keluar dari gerbang halaman rumah Iwan yg cukup luas.

Aku lega karena tak ada yg mencurigakan dari sikap Iwan yg mungkin akan mengetahui jika aku tak memakai apa apa dibalik pakaian yg ku kenakan saat ini. Sepanjang jalan kami terus mengobrol dan akhirnya membuat kami lengah bahwa kami telah melewati jalan yg salah.

Aku : perasaan tadi kita gak lewat sini kan?

Tiara : iya bener, Din. Kok jalan nya jadi becek dan banyak semak semak juga.

Aku : kita nyasar nih, Ti.

Tiara : ya sudah kita muter balik lagi.

Aku : iya, ayo buruan. Perasaan aku gak enak juga nih.

Kami menelusuri jalan kecil itu dan kami lagi lagi menemukan masalah.

Tiara : kanan atau kiri, Din?

Aku : gak inget, tadi keasyikan ngobrol sih.

Tiara : kita kekanan aja gimana?

Aku : yakin?

Tiara : gak yakin sih. emang kamu yakin kalo yg bener itu sebelah kiri?

Aku : sedikit.

Tiara : ya sudah kita lewat kiri ya. Tapi kalo makin gak jelas kita balik lagi kesini dan lewat sebelah kanan

Aku : iya ayo, Ti.

Tak yakin juga untuk melewati jalan ini, ditambah dengan kondisi jalan yg memang makin tak jelas. Jalanannya masih dari tanah merah dan nampaknya kami memang salah jalan saat yg kami lihat didepan kami adalah kuburan.

Tiara : tuh kan pasti yg kanan tadi.

Dinda : ya sudah ayo kita balik arah lagi. Aku makin takut.

Belum lama kami berbalik, terdengar suara sepeda motor mendekat. Suaranya seperti bukan satu tapi lebih dari satu. sepeda motor itu mulai tampak, ada empat sepeda motor. Masing masing sepeda motor dinaiki dua orang, jadi ada delapan orang yg mendekat. Tampang mereka pun semuanya seram dan tubuh mereka dipenuhi tato.

Seklias aku teringat pada sosok preman diangkot tadi. Akibat ketdk tuntasan aku mencapai kenikmatan saat ia mencabuli memek ku tadi, kini ku rasa aku mulai terangsang lagi.

Ahh mengapa disaat seperti ini? Apa mungkin mereka akan memperkosa kami? Jika iya, apakah aku harus menolak sementara aku sedang ingin menuntaskan kenikmatan tadi. Lalu apakah aku harus menerima perlakuan bejat mereka? Ahh mereka makin medekat dan sepeda motor mereka menghalangi jalan kami.

Preman 1 : serahkan uang dan harta kalian

Tiara : kami gak punya uang atau harta berharga, biarkan kami lewat.

Preman 2 : pasti dia bohong bos. Kalo gak percaya kita geledah aja dia. Hitung hitung dapet bonus grepe grepe cewek.

Preman 1 : lo bener, ayo kita periksa tubuh mereka, dan cari harta berharga mereka

Aku : jangan lakukan itu. aku tak sudi kalian sentuh.

Aku maju menantang mereka tapi yg ada salah satu preman itu memegang kedua bahu ku dan dengan cepat Tiara terlihat marah lalu ia memukul perut yg memegang bahu ku.

Tiara : gak usah sentuh temen aku, bajingan!

Preman itu terjatuh ketanah. Sementara preman lainnya tampak kesal dengan sikap Tiara. Tiara mulai gentar. Tak mungkin dia bisa menang melawan tujuh preman apalagi dua diantaranya sudah memegang pisau.

Ditengah ketakutan itu, kembali terdengar suara sepeda motor yg mendekat. Hati kami sedikit lega saat yg kami lihat adalah Iwan bersama seseorang diatas sepeda motor yg lain.

Iwan : apa apaan ini?

Preman 1 : jangan ikut campur, mereka mangsa kami

Iwan : mereka teman ku. Aku akan member kalian uang asal kalian membiarkan mereka pergi

Preman 1 : baiklah

Iwan : ini uang tiga ratus ribu, pergi dari sini.

Preman 2 : bos, jangan mau. Kita tangkep aja cewek nya. Lumayan tuh buat pesta malem ini.

Preman 1 : gak perlu, gue gak nafsu sama cewek jilbaban kayak dia. Tetek nya gak keliatan, jangan jangan gak ada.

Apa? Dia mengatakan itu dihadapanku. Tdk kah dia tahu jika kau tersinggung? Aku memiliki payudara, ukuran nya 34A. rasanya ingin ku tunjukan pada mereka jika aku memiliki payudara dan tubuh yg mulus. Mengapa bisa ia tdk tergoda melihat ku? Ahh apa yg ku pikirkan? Bukankah harusnya aku senang jika ia tak tergoda denganku tapi kenapa aku malah kecewa.

Iwan : kalian kok bisa disini?

Tiara : kami nyasar Wan.

Iwan : tuh kan sudah dibilang tadi dianter saja tapi gak mau

Tiara : hhehehe, kamu juga kok ada disini?

Iwan : ohh aku mau liat tempat peternakan lele ayah ku, setelah kuburan ini, ada kolam ikan lele. Karena hari ini gak jadi mancing makanya mau main ke kolam ikan saja.

Tiara : ohhh.. by the way, terima kasih ya. Nanti aku ganti uang nya ya.

Iwan : ah gak usah kok. Itukan sudah kewajiban laki laki melindungi perempuan, iya kan Dinda?

Aku : ehhh iya iya, bener.

Apa yg terjadi padaku? Aku mulai menyesal telah menilai salah terhadap Iwan. Awalnya yg ku kenal dia sebagai orang yg resek, usil, pelit ternyata dia sebaik ini.

Iwan : ya sudah, yuk kami anter. Oh iya itu Dimas, sepupuku.

Dimas menjulurkan tangan nya kearah ku namun aku mengatupkan tangan ku sebagai tanda bahwa aku tak mau berjabat tangan dengan laki laki yg bukan muhrim ku, namun ironisnya aku tadi telah memegang k0ntol laki laki yg tak ku kenal.

Aku : jadi, kita naik motor?

Tiara : iya, gak apa kan? Daripada kita nanti diganggu orang jahat lagi

Aku : tapi aku gak mau boncengan sama laki laki

Tiara : yam au gimana lagi, Din. Emang dibonceng cowok bisa buat kamu gak suci lagi?

Aku : hmmm nggak…

Tiara : Gara gara kamu kan yg gak mau dianter trus kita nyasar akhirnya diganggu sama preman? Untung ada Iwan sama Dimas, kalo gak ada kamu bisa lebih gak suci beneran. Kalo kamu gak mau, yasudah kamu jalan kaki sendiri saja.

Aku : tiara, maaf.. baiklah aku mau.

Karena motor yg dipakai Iwan dan Dimas adalah motor sport, aku kesulitan jika duduk menyamping. Terpaksa aku aku duduk menghadap depan. Ku naikan pelan rok ku dan ku pastikan kulit kaki ku yg mulus ini tak terlihat oleh dua laki laki ini.

Ku naiki sepeda motor yg tinggi itu. posisi ini membuatku tak nyaman. Kedua tangan ku menahan rok ku agar tak semakin naik sehingga aku tak bisa memegang handle yg ada dibelakang pantatku. Jok belakang yg sempit membuat posisi duduk ku hampir bersentuhan dengan punggung Iwan. Aku berusaha menjaga jarak sejauh mungkin agar payudara ku tak menyentuh punggung Iwan.

Sepeda motor pun mulai berjalan, nampaknya aku kembali terancam karena jalanan yg kami lalui ini berlubang sehingga kadang membuat tubuhku terdorong kepunggung Iwan dan menyebabkan payudara ku tergesek di punggungnya. Terasa ada sensasi berbeda saat ku alami gesekan itu. dan ku rasakan aku kembali terangsang.

Ohh kenapa aku lebih muda terangsang saat ini? Aku harap agar jalan ini cepat sampai agar aku bisa terhindar dari jeratan nafsu, namun sialnya seekor berlari dijalan dan menyebabkan Iwan mengerem mendadak. Tubuhku terdorong dan kedua payudara ku yg mengeras tertekan sangat kencang di punggung Iwan.

Aku mengigit bibir bawahku untuk menahan desahan ku. Aku harus bisa mengalahkan nafsu ku, aku tak boleh kalah lagi saat ini terutama saat sendirian dikamar kos ku nanti, aku harus bisa menjaga iman ku dengan baik.

Akhirnya kami tiba dijalan raya. Ketika aku turun dari sepeda motor Iwan, tanpa ku sadari paha mulus ku terekspos dan terlihat oleh Dimas dan Iwan. Aku segera merapikan rok ku dan pura pura tak tahu sambil menahan malu, namun aku juga merasa ada yg berbeda dan istimewa saat mereka melihat auratku yg tersembunyi selama ini.

Kami pun tiba kembali di kosan dengan aman. Di angkot pun tak ada hal aneh seperti tadi karena semua penumpangnya adalah ibu ibu dan perempuan muda. Ku rabahkan tubuhku keatas kasur. Ku lepas jilbab dan kaus kaki yg berlumur sperma.

Ada rasa penasaran dengan sperma itu, ku lihat dan ku sentuh. Tak ku percaya jika tadi aku dengan rela menelan sperma milik preman tadi, namun rasanya membuatku sedikit ketagihan untuk mencoba sperma lain.

Ahh ku buang jauh jauh kaus kaki itu dan pikiran kotor ini. Aku alihkan pikiran ku dengan menanggapi rasa lapar ini. Dari tadi aku memang belum makan. Aku memutuskan untuk membeli makanan di warteg sebelah kosan.

Ya sebelum keluar, aku memakai bra, celana dalam dan training panjang dulu. Akhirnya aurat ku dapat tertutup dengan sempurna. Aku keluar rumah dengan merasa pede dan santai. seksigo

Setelah makan, ku baringkan tubuh ku ditempat tidur. Sambil ku mainkan hp dan membuka facebook. Tak ada yg menarik di fb saat ini. Namun mataku tertuju pada satu kiriman dari seorang teman dari sebuah grup.

Nama fanpage itu terdengar tdk baik namun entah mengapa aku penasaran dengan isinya. Akhirnya ku buka juga fanpage itu. dengan hati hati ku telusuri grup itu agar jangan sampai tak sengaja ku tekan tombol like. Habis riwayatku jika teman teman ku tahu bahwa aku menyukai fanpage itu.

Ku baca kiriman demi kiriman dari fanpage itu yg isinya ternyata adalah cerita panas. Jantung ku berdebar debar membaca cerita itu. cerita ini berisi tentang seorang mahasiswa yg diperkosa oleh satpam kampusnya di toilet mahasiswa.

Darah ku mengalir cepat saat ku baca adegan pemerkosaan dan ternyata tubuhku menuntut pemuasan atas birahi yg bangkit di angkot tadi dan diatas motor Iwan. Aku tak boleh meneruskan nya. Aku tak akan masturbasi lagi. Segera ku tutup browser hp ku dan ku simpan hp ku didalam laci.

Kemudian aku hanya menatap langit langit dan tak ada sedikitpun aktifitas yg ku lakukan. Pikiranku terarah pada kejadian diangkot tadi. Ada rasa menyesal dan menarik saat mengingatnya dan pastinya kembali membuat tubuh ku berontak meminta kepuasan.

Aku pun heran bagaimana aku bisa melakukan itu diangkot tadi, mungkinkah aku di hipnotis? Lalu mengapa kebetulan semua penumpang pun tertidur. Ku rasakan putting ku mengeras dan payudaraku membengkak.

Aku mulai gelisah. Ku ubah posisi tidurku dari telentang menjadi tengkurap. Namun yg terjadi aku malah refleks menekan bagian pinggul ku kekasur dan merasakan rasa yg beda.

Tak boleh, ini tak boleh ku lakukan. Aku bangun dari tempat tidur dan ku buka pintu kamar kos ku. Keadaan kos pun terlihat sepi sekali. Tiara mungkin sedang sibuk belajar untuk presentasi besok, dan yg lain mungkin sedang ada kegiatan sendirian.

Suasana kosan yg sepi begini membuatku makin terangsang. Lalu aku kembali lagi ketempat tidur dan ku ambil kembali hp yg ku simpan didalam laci tadi. Dilayar hp tertera tanda pesan masuk.

SMS : assalaamualaikum dinda, sudah sampe kosan kan?

Ternyata dari Iwan. Aku tersenyum menerima sms dari Iwan yg awalnya aku sangat membenci dia. Namun sikap heroik dia hari ini merubah pandangan ku padanya dan mungkin pada Angga.

Aku : wa’alaikumsalam, iya Wan, sudah sampai. Terima kasih banget ya atas hari ini.

Ku balas pesan itu dengan senang hati. Lalu kembali ku buka riwayat browser dan ah, pikiran ku tertuju untuk membuka fanpage tadi karena penasaran pada ending nya.

Ku baca kembali cerita tersebut dan membuat memek ku makin gatal. Setelah cerita itu habis, aku kemudian menggulir kebawah fanpage itu dan mencari cerita lain.

Ternyata kali ini bercerita tentang istri berjilbab yg bersetubuh dengan tukang Koran. Mungkin karena karakter yg dimainkan dicerita itu adalah seorang akhwat, aku merasa ada sesuatu yg aneh di hatiku. Bukan nya marah namun terasa makin penasaran.

Bagaimana mungkin seorang akhwat yg pandai menjaga diri itu bisa dengan ikhlas disetubuhi oleh tukang Koran hanya karena ukuran k0ntol nya yg besar. Perlahan cerita itu merasuk dalam imajinasiku dan membuatku berkhayal disetubuhi oleh seorang laki laki.

Entah itu Iwan, seorang laki laki yg baru saja mencuri perhatian ku atau Angga, seorang ketua organisasi keagamaan di kampusku yg menjadi dambaan ku secara rahasia selama ini, atau mungkin preman yg diangkot tadi, atau juga preman di jalan itu. ah entahlah bagaimana rasanya jika disetubuhi oleh laki laki.

Secara sadar, aku menekan putting ku dari luar pakaian ku. Aku yg tak lagi berjilbab kini menguraikan rambut sebahu ku yg tadi ku ikat dengan karet gelang. Aku menekan nekan putting kiri ku dengan jari telunjuk ku. Uhhh rasanya kurang nikmat. Ku angkat kaos dan bra ku keatas payudara agar aku dapat menyentuh payudaraku tanpa penghalang. Ini baru nikmat.

Sambil aku membaca cerita itu, semakin aku terus merangsang tubuh ku. Ku bayangkan jika yg ada dicerita itu adalah aku. Ouuhhh aku tak mau berhenti, aku ingin terus merasakan kenikmatan ini setiap hari, setiap jam, setiap saat. ku lepaskan hp yg berada ditangan kiriku dan ku raba memek dari luar celana training ku.

Ahh kurang nikmat, aku pun menurunkan training dan celana dalam ku selutut dan nampaklah paha mulusku. Lalu karena tak nyaman dengan posisi begini, maka ku lepaskan seluruh pakaianku. Aku melempar semua pakaian ku ke sembarang arah.

Ya, aku merasa lebih nyaman begini, telanjang, lebih bebas bergerak. Lalu ku putuskan untuk menunda masturbasi ku dan menikmati ketelanjangan ku saat ini. Ku lihat pintu dan jendela kamar ku masih terbuka lebar, lalu ku tutup semua dengan rapat karena aku masih malu jika ada teman kos yg melihat ku telanjang bulat.

Ku baringkan lagi tubuh ku diatas kasur sambil menonton TV. Sungguh aku merasa seperti ketagihan telanjang seperti ini. Ahhh jika preman di jalan tadi melihat ku seperti ini pasti dia tak akan mengatakan bahwa aku tak menarik.

Kasar sekali omongan dia yg mengatakan aku tak bisa membuat dia puas. Tak tahu mengapa aku berpikir demikian. Dan seolah ada rasa dimana aku ingin keluar kamar dan kosan dengan telanjang seperti ini atau memakai gamis ku yg ketat itu tanpa pakaian dalam lagi.

Uhhhh payudara ku makin mengeras dan sesekali ku remas dengan gemas. Memek ku pun makin basah hingga cairan nya mengenai kasur ku. Tiba tiba aku berinisiatif untuk meniru sedikit adegan di cerita panas tadi. Aku membuka lemari pakaian ku dan ku pilih salah satu koleksi jilbab ku.

Ku pakai jilbab segi empat berukuran 150 CM dengan rapi. Panjang jilbab itu mencapai pantat ku yg sekal dan sedikit menutupi memek ku. Jilbab berwarna pink cerah ini membuat wajah ku tampak lebih manis.

Ku perhatikan tubuh ku di cermin, sedikit rasa malu di hadir. Aku masih memakai jilbab panjang dimana aku terilhat seperti seorang wanita sholehah sementara aku tak memakai pakaian apapun lagi didalam nya. Iseng iseng ku ambil hp dan tongsisku, ku atur timer dan aku bergaya dengan hanya memakai jilbab.

Ku sampirkan jilbab ku keatas bahu dan aku berpose lagi seimut mungkin. Puas dengan foto foto, aku kembali berbaring di kasur sambil memainkan payudara dan memek ku. Aku membanygkan seorang laki laki antara Angga atau Iwan yg menyetubuhi ku. uhhh nikmat sekali.

Ku gosok gosok memek ku dengan dua jariku sambil ku remas payudara kanan dan kiriku secara bergantian. Tapi kemudian ku hentikan aktivitas masturbasiku saat sebuah ide aneh terlintas dipikiran ku. aku menaiki bantal guling ku yg berwarna hijau muda. Ku tekan memek ku disitu lalu ku tekan tekan dengan kuat. Ahhhh nikmaat nya. Rasa tak ingin berhenti.

Ku peluk erat bantal guling itu hingga payudaraku pun tertekan dan teremas oleh bantal guling. aku merasa akan mencapai orgasme, aku tahu kata ini setelah ku baca cerita seks tadi, lalu ku percepat gerakan pinggulku untuk menjemput kenikmatan yg ku nanti nantikan.

Semakin mendekati, semakin ku percepat gerakan pinggul dan ku tekan payudara ku . jilbab ku telah kusut dan basah akibat keringat ku. ohhh ohhhh tak tahan rasanya. Kemikmatan ini benar benar membuatku rindu.

Ahhh aku makin tak kuat, terus ku percepat gerakan ku dengan sangat cepat seketika ku rasakan gelombang orgasme mendekat, tiba tiba seorang berteriak kebakaran.

Kepanikan ku menghentikan gelombang orgasme ku. dengan cepat ku pakai pakaian ku seadanya berupa daster lebar tanpa dalaman dan segera keluar. Asap hitam mengepul dari kamar di milik Cindy, mahasiswa semester akhir yg hanya berjarak lima kamar dari kamarku. Karena aku lemah, maka pandangan ku menjadi gelap dan aku terpingsan.

Ditengah kepanikan warga dengan mengepulnya asap hitam dari kamar kos milik salah satu mahasiswa semester akhir yg bernama Cindy. Seorang wanita berjilbab yg mempunyai wajah manis itu pun pingsan.

Dia memang tdk bisa menghadapi situasi seperti ini karena mental nya memang lemah. Beberapa warga yg ada disana mengangkat tubuh Dinda, wanita yg pingsan itu kedalam warteg milik bu Endang.

Semua nya yg mengangkat tubuh Dinda adalah laki laki hingga tak diragukan lagi jika tangan tangan mereka mereka memegang bagian bagian tertentu dari tubuh Dinda yg hanya tertutup oleh jilbab panjang serta daster longgar tanpa pakaian dalam.

Ada yg memegang di bagian paha, pantat, lengan atas hingga sedikit menyenggol payudara Dinda. Sebagian dari mereka menyadari bahwa tdk ada pakaian dalam yg terasa oleh sentuhan jari mereka hingga mereka memastikan Dinda tdk memakai pakaian dalam.

Ketika didalam warteg, Dinda diletakan di atas meja oleh pak Endang, suami dari bu Endang. Kebetulan bu Endang sedang kepasar membeli keperluan dagangan nya. Karena banyak anak anak yg menghampiri dan ingin melihat keadaan Dinda, maka pak Endang menyuruh salah seorang bapak bapak disana untuk menutup pintu agar tak banyak orang yg masuk dan membuat udara makin panas.

Sementara diluar orang orang sedang sibuk memadamkan api yg sedikit terlihat dari atap kamar kos, empat orang bapak bapak di dalam warteg sibuk mengomentari tubuh Dinda. Dengan posisi tak sadarkan diri, DInda tampak sangat menggairahkan.

Terutama di bagian selangkangan nya yg tercetak karena bahan daster nya adalah bahan kain yg lembut sehingga agak sedikit membuat tubuh nya tercetak dari luar daster. Bapak bapak itu menelan ludah melihat tubuh akhwat yg mereka tau biasanya tertutup sangat rapat, kini bisa mereka perlakukan apa saja sebelum DInda bangun tentunya.

Pak Endang : gila body nya mantep juga nih cewek. Kalo istri gua kayak ini, gua gak mau keluar kamar

Pak Juned : emang mau lo apain bro?

Pak Endang : gue suruh dia ngisep kontol gue tiap hari bro, liat aja tuh bibir nya. Ngilu rasanya pasti kalo disepong.

Pak Yanto: ah lo Cuma bisa ngayal doing, sekarang lo berani gak?

Pak Endang: hehehehe, kan gua bilang kalo istri gua.

Pak Juned: sama aja pengecut lo bro

Pak Dudung: emang lo berani?

Pak Juned: berani lah, nih gue pegang tetek nya. Kenyel banget bro, cobain deh.

Keempat bapak bapak berumur 40an itu meremas payudara Dinda, ada juga diantara mereka yg mulai meremas k0ntol mereka dari luar celana jeans lusuh nya.

Pak Dudung : kayaknya dia gak pake bra ya.

Pak Juned : iya bener tuh. Tadi gua pegang pantat nya aja dia gak pake cd

Pak Endang : ah masa, coba liat?

Pak Endang mengangkat daster Dinda dan matanya tak berkedip melihat paha mulus Dinda dan memek nya yg mulus.

Pak Endang : ahh gue gak tahan liat yg ginian. Eh Ned, lo cek lagi pintu nya sudah dikunci semua belum?

Pak Juned : beres dang. Udah semua.

Pak Dudung : eh mau kita apain dia?

Pak Endang : kita foto dulu yuk biar bisa kita peres trus kita pake kapan kapan. Mana hp gue?

Pak Endang mengambil hp dari kantong nya dan ternyata hp nya mati

Pak Endang : ah sial, batre nya habis, mati lampu ya? Hp kalian mana?

Pak Juned : gak bawa, kalo mau balik kerumah gak mau ah, nanti keburu bangun mangsa nya trus gak kebagian enak deh

Pak Endang : udah kalo gitu coba lo minggir dulu, gue mau kasih nafas buatan

Pak Dudung: gue juga ya

Secara bergantian mereka mencium bibir Dinda yg seksi itu. dinda masih juga tak bereaksi. Entah memang belum sadar atau memang pura pura belum sadar agar ia diperkosa.

Pak Juned : gue gak tahan, mau gue masukin.

Pak Endang : eh jangan gitu, kalo lo perkosa trus dia bangun gimana? Istri istri kita pada diluar semua trus kalo ni cewek teriak bahaya lah kita.

Pak Yanto : ah bener juga lo dang.

Pak Dudung : jadi bagusnya gimana dong? Gue sudah sange banget nih sama nih cewek.

Pak Juned : gue ad aide, inget gak kita dulu pernah buat rencana kalo kita bakal nyewa lonte terus kita lomba ngocok siapa yg paling tahan lama, dan sampe sekarang kita belum bisa mewujudkan rencana itu kan?

Pak Endang : jadi maksud lo kita ngocok bareng sambil liat nih cewek?

Pak Juned : iya, tapi kita gak boleh nyentuh bodi dia sedikitpun, gimana?

Pak Dudung : tapi gimana kalo dia bangun terus kita lagi ngocok?

Pak Endang : udah kita perkosa aja kalo dia bangun, tanggung nih

Pak Juned : ayo, mulai ya

Pak Yanto : eh tunggu dulu, biar seru kita sampirin dulu jilbab trus kita buka kancing daster nya dan gratis susu akhwat siapa yg mau

Pak Juned pun mengangkat daster Dinda hingga terlihatlah paha dan memek Dinda. Payudara, paha dan memek jadi santapan mata bapak bapak mesum itu. dan mereka pun mulai melakukan onani. Sesekali diantara mereka mencolek atau mencium payudara Dinda, kadang juga mereka mengelus memek Dinda.

Dinda masih belum juga bangun, dan keadaan diluar pun sudah tak tahu bagaimana. Pertama, pak Dudung lah yg orgasme duluan. Ia tumpahkan sperma itu di payudara kiri Dinda dan hampir mengenai putting nya.

Lalu tak lama kemudian Yanto menyusul orgasme dan sperma nya mengena ke payudara kanan DInda. Pak Yanto dan Pak Dudung pun mundur. Hanya tinggal Pak Juned dan Pak Endang yg bertahan.

Pak Endang : Pak Juned, gua gak peduli, kalo gue menang gue mau merkosa nih cewek. Gue gak mau tau apapun resiko nya.

Pak Juned : jangan coba coba lo pak, gue yg bakal menang dan gue yg bakal ngentotin dia sampe dia hamil

Namun ternyata Pak Juned dan Pak Endang orgasme bersamaan dan sperma mereka juga mengenai keseluruhan payudara Dinda.

Pak Juned : gak ada yg menang ya, udah kita gangbang aja nih cewek.

Pak Endang : karena gua pemilik rumah maka gue yg duluan.

Pak Endang mendekatkan kepala k0ntol nya di dedpan lobang memek Dinda dan akhirnya kepala k0ntol itu sedikit masuk kedalam memek akhwat perawan yg masih pingsan itu.

Warga: Pak Endang.. Pak Endang.. ini ada yg nyari bapak.

Pak Endang terkejut dan membuka pintu warteg nya sedikit agar tubuh DInda tak terlihat oleh orang diluar.

Pak Endang : siapa?

Warga : ini pak, katanya saudara bapak dari kampong

Pak Endang tak menygka adik nya yg dari kampong bernama Fitri datang ke kota. Dengan gugup ia segera menyuruh adik nya lewat pintu samping agar ia tak melihat ada seorang akhwat yg setengah telanjang disana. Terlihat juga suasana diluar masih ramai sehingga mungkin beberapa orang tak menyadari bahwa Dinda tak berada dikamarnya.

Aku : dimana aku? Kok seperti di warteg bu Endang

Mataku melihat lihat sekeliling dan ternyata benar itu adalah warteg bu Endang namun keadaan warteg itu sedang sepi bahkan bu Endang pun tak berada ditempat.

Aku mencoba bangun dari atas meja kayu tempat dimana aku dibaringkan. Daster ku sudah kusut dan aku mengingat lagi apa yg terjadi. Ya, akhirnya aku ingat bahwa tadi aku pingsan saat kebakaran di kamar kos Cindy. Entah bagaimana keadaan Cindy sekarang.

Ku turunkan kaki ku dari atas meja dan aku terkejut saat ku lihat kaki ku tak dilindungi oleh kaus kaki. Oh tdk, berapa banyak laki laki yg melihat kaki ku, dan lebih kaget lagi saat aku sadar bahwa aku pun tak memakai pakaian dalam.

Ya ampun, bagaimana jika mereka tahu aku tak memakai pakaian dalam? Semoga mereka tak menjamah tubuh ku lebih jauh, semoga dan semoga.

Ku dengar suara pak Endang, suami bu Endang sedang berbicara dengan seorang wanita. Terdengar dari suaranya bahwa itu bukanlah suara bu Endang. Nampaknya wanita yg diajak bicara oleh pak Endang adalah wanita yg masih muda.

Saat ku dekati ruang tamu rumah Pak Endang yg memiliki pintu penghubung dengan warteg nya, aku melihat sesosok akhwat yg memakai gamis biru muda dan kerudung pink, lengkap dengan manset dan kaus kaki nya.

Pak Endang : eh syukurlah sudah sadar Dinda

Aku hanya menjawab terima kasih sambil tersenyum kepadanya.

Pak Endang : kamu pasti masih pusing ya, tadi kamu pingsan trus bapak, pak dudung, pak yanto dan pak juned yg bawa kamu kemari. Kamu gak apa apa?

Aku : iya pak, gak apa pak.

Pak Endang : eh ini kenalin adik bapak dari kampung namanya Fitri. Kayaknya kalian cocok deh soalnya sama sama akhwat.

Aku hanya menganggukan kepala ku pada wanita itu dan meminta izin kembali ke kosan yg sudah agak tenang. Api tdk menghabisi bangunan melainkan hanya kasur milik Cindy saja dan sedikit merusak genteng kamar Cindy.

Aku mencuci muka di kamar mandi dan ku rebahkan tubuhku diatas kasur. Aku membayangkan saat saat pingsan tadi dimana aku tak memakai pakaian dalam lalu aku diangkat oleh empat lelaki tua. Rasa nya kalau sadar saja, pasti sudah ku tonjok mereka.

Mengapa tak menyuruh ibu ibu saja yg mengangkat tubuhku. Aku teringat sesuatu, ku angkat daster ku lalu ku raba memek ku. ahhh kering, tak ada rasa nyeri atau bercak darah. Syukurlah berarti aku tak diperkosa oleh mereka.

Uppss kenapa aku malah berprasangka buruk seperti ini, atau aku menginginkan diperkosa oleh mereka? Baiknya aku mencari tahu di google bagaimana ciri cirri jika orang habis diperkosa.

Data yg ku temukan tentang ciri ciri diperkosa ternyata satupun tak ada pada diriku, namun yg ku temukan adalah di halaman pertama google itu terdapat sebuah link yg bertema pemerkosaan. Ku buka link itu dan ku baca.

Tubuhku merinding membacanya, membayangkan bagaimana perempuan dicerita itu diperkosa oleh empat sekaligus. Pasti sakit rasanya, atau jangan jangan nikmat ya? Ehmm aku mulai membayangkan sensasi nya.

Mau berhubungan dengan satu orang saja aku belum, kok sudah mau bayangin sama empat orang, lagipula suami ku nanti pasti gak mau lah.

Terus ku baca cerita itu dan ada bagian dimana membuat aku benar benar ingin mendapatkan orgasme yg dari tadi tertunda. Tapi, inikan salah, harusnya aku tak melakukannya kan? Iya, aku tak boleh melakukannya lagi. Hatiku berkecamuk namun dua jari tangan kanan ku telah bergeriliya menggosok pelan memek ku dan mulai membasah.

Aku merasa seksi memakai daster ini karena jika dipadu dengan jilbab kaos yg sedikit ketat maka payudara ku akan tercetak, ditambah lagi jika dalam keadaan terangsang.

Terus ku gosok memek ku, mulutku yg tadi menolak kini malah pura pura tak tahu jika ini salah. Malah ku angkat pinggul ku dan semakin ku gosok dengan lebih kuat. Kemudian ku buka daster ku hingga aku hanya memakai jilbab saja.

Kemudian ku sampirkan ujung jilbab ku ke pundak agar aku bisa meremas payudaraku namun aku terkejut saat ku lihat ada bercak sperma yg sangat banyak dipayudaraku. Ohh apa ini? Seperti sperma.

Aku tersenyum, berarti keempat laki laki tua itu memang tdk memperkosa ku namun mereka melakukan onani sambil memandangi tubuhku. Ada rasa bangga mengetahui diriku menjadi objek onani empat orang pria sekaligus dan hal ini membuat ku lebih terangsang dan mempercepat gosokan pada memek ku.

Kupejamkan mataku, ku bayangkan keempat pria itu menyetubuhi ku, memaksaku memuaskan nafsu mereka, memasukan k0ntolnya kedalam memek ku secara bergantian.

Ah betapa jalang nya aku, sungguh aku telah menjadi wanita murahan yg suka suka nya di perkosa dan dipaksa memuaskan hasrat empat laki laki. Kemudian satu tangan ku meraih hp dan ku ketik pada pencarian google dengan kata “kontol”.

Ku ucapkan kontol berkali kali saat aku merasakan kenikmatan dari tangan ku sendiri dan membuat ku malah makin bersemangat menuntaskan birahi ku. ku lihat untuk yg pertama kali nya gambar kontol yg membuat memek ku makin berkedut.

Aku makin tak tahan ingin ku masukan sesuatu kedalam memek ku, tapi apa? Sesuatu yg mirip k0ntol laki laki dewasa. Pena, terlalu kecil, botol air mineral, terlalu besar, aku tak peduli lagi pada status keperawanan ku, aku hanya ingin menuntaskan kenikmatan ini.

Ahh apakah aku datang ke rumah pak Endang lalu minta ia menyetubuhi ku? atau aku mencari preman yg waktu itu meremahkan aku bahwa aku tak menarik baginya? Ahh tak mungkin, itu begitu murahan tapi aku sangat ingin merasakan k0ntol sekarang, bukan k0ntol tapi kontol.

Kontol besar yg bisa memenuhi memek ku. aku makin terhanyut dalam gelombang kenikmatan yg dahulu selalu ku hindari, ah mengapa hal senikmat ini tak kurasa sejak dulu. Gerakan ku makin cepat seiring imanjinasi ku yg sedang diperkosa oleh empat bapak bapak tadi.

Dimana dalam hayalanku aku sedang berbaring diatas kasur dan di memek ku tertanam k0ntol pak Endang. Dia sedang memaju mundurkan k0ntolnya kedalam memek ku. sementara ketiga bapak bapak lain nya tengah mengantri dibelakang dengan k0ntol besar mereka.

Lalu setelah pak Endang mengalami orgasme, ia dekatkan k0ntolnya ke wajahku lalu ke telan sperma nya tanpa sisa. Kemudian begitu juga dengan pak Juned yg menggantikan posisi pak Endang, yg kemudian disusul oleh pak Dudung dan pak Yanto. Ah cerita seks yg ku baca di situs ngocoks.com tadi membuat ku berpikir senakal ini.

Bagaimana bila ini benar benar terjadi, ohh ku rasakan memek ku makin berkedut pertanda ia akan orgasme. Yaa, inilah yg kun anti sejak pagi tadi. Inilah kenikmatan yg aku tunggu tunggu setelah selalu digagalkan oleh kehadiran Tiara dan teriakan kebakaran.

Semakin ku kocok memek ku dank u coba masukin sedikit jariku kedalam nya, nikmaat sekali. Terus dan terus ku kocok dan akhirnya, aku mengalami orgasme yg luar biasa. Cairan dari memek ku menyemprot begitu deras hingga membuat kasur ku basah.

Ku atur nafasku dan ku luruskan kedua kaki ku. apa yg aku lakukan tadi? Siapa aku? Akhwat muslimah atau seorang pelacur? Bagaimana bisa aku terpengaruh melakukan hal itu.

Ku pukul pukulkan bantal guling ke kepalaku karena penyesalan ku atas apa yg aku lakukan. Aku marah pada diriku sendiri. Aku menangis, air mata ku menetes sangat deras membasahi bantal ku. dan secara tak sengaja ku lihat jendela kamar kuyg masih terbuka lebar.

Segera aku bangun untuk menutup jendela itu namun dari kejauhan, ku lihat seorang akhwat berjilbab pink cerah yg berjalan begitu cepat membelakangi kamar ku. apakah dia melihat apa yg ku lakukan tadi? Siapa dia? Bukankah di kosan ini hanya ada satu akhwat yaitu aku, atau jangan jangan dia adalah…

Akhwat itu berjalan dengan sangat cepat. Ingin aku mengejarnya namun aku sedang bertelanjang, hanya jilbab panjang ini saja yg menutupi tubuhku. Aku yakin sekali bahwa itu adalah Fitri, adik pak Endang yg baru tiba dari kampung.

Tapi apa yg ia lakukan disini, di kosan ini, yg biasanya gerbang nya selalu tertutup. Apa mungkin ia ingin mengontrak di salah satu kamar disini dan kebetulan lewat depan kamar ku lalu menyaksikan aku bermasturbasi tadi? Aku juga yg salah mengapa aku melakukan itu ;agi dan lagi. Semoga saja ia tak melihat ku.

Keesokan harinya…

Hari ini aku hendak berangkat ke kampus. Sebenarnya hari ini tdk ada mata kuliah tapi aku mendapat undangan rapat dari organisasi yg ku ikuti di kampus. Rapat nya dimulai pukul 10.00 dan saat ini masih pukul 08.00. ku sempatkan sarapan pagi dengan mie aya, langgananku untuk mengisi tenaga di hari ini.

Setelah selesai sarapan, dengan gamis berwarna pink dan jilbab panjang hitam serta manset hitam, aku membuka pintu kamar kos ku. ku kenakan sepasang kaus kaki krem ku dan sepatu ceper ku yg berwarna krem juga.

Disaat aku berjalan keluar gerbang kosan, Nampak di sebuah warung kopi milik Bu Juleha, sepasang mata menatap ku, siapa lagi jika itu bukan Pak Yanto, salah satu lelaki yg katanya menggotong tubuh ku disaat aku pingsan dan tak memakai pakaian dalam.

Aku sedikit bisa memahami arti tatapan nya. Tatapan cabul yg berusaha menelanjangi ku. padahal kemarin ia telah membuka gamis bagian atas ku dan menumpahkan sperma nya dipayudaraku.

Aku terus saja berjalan seolah tak tahu apa yg terjadi kemarin dan apa yg ada didalam pikirannya. Aku risih ditatap seperti itu, aku bukan wanita murahan yg mudahnya dipandangi seperti itu.

Sampai halte bis, aku menunggu sebuah bus menuju kampus ku yg tak lama kemudian bus itu pun tiba. Awalnya aku pikir bus akan penuh jam seperti ini, tapi ternyata tersisa ada dua kursi kosong dan aku memilih sebuah kursi di samping ibu ibu tua yg sedang membawa barang belanjaan. Bus melaju pelan. Hari ini tak begitu macet sehingga aku rasa akan tiba dikampus lebih awal.

Kemudian bus berhenti dan naiklah seorang ibu hamil kedalam bus. Tak ada seorang pun yg rela memberikan tempat duduknya bahkan seorang laki laki malah sibuk menatap layar hp nya.

Ibu itu terlihat bingung dan aku pun ragu karena semua yg berdiri adalah laki laki yg nampaknya mereka bekerja disatu tempat yg sama dan tubuh mereka kekar seperti kuli bangunan.

Aku sedikit takut dengan mereka, namun apalah artinya ilmu agama yg ku pelajari selama ini jika aku membiarkan seorang ibu hamil berdiri di dalam bus hanya karena aku takut pada orang orang ini. Lalu aku berdiri dan mempersilahkan ibu itu duduk.

Tangan kanan ku berpegangan pada besi pegangan di bus dan tangan kiri ku menahan salah satu ujung jilbab disebelah kiriku yg terangkat agar tak tersingkap dan memperlihatkan dadaku.

Ditengah laju bus ini, ku rasakan sebuah tangan menggeraygi pantatku. Dengan cepat aku tangan kiriku bergerak mengambil jarum pentul yg ada dijilbab ku dan menusuk tangan nakal itu. dengan refleks tangan itu berhenti melecehkan ku.

Akhirnya aku tiba di kampus. Ku lihat jam tangan ku masih pukul 08:45. Aku menuju sekretariat organisasi ku dan tak ku temukan siapa siapa disana. Tampaknya mereka belum ada yg datang.

Ketika aku masuk, aku dikejutkan dengan seorang ikhwan yg muncul tiba tiba dari area akhwat. Area ikhwan dan akhwat dibatasi oleh sebuah kain yg tingginya 2 meter hingga pergaulan diantara kami benar benar terbatas.

Aku : kak Angga? Kenapa dari tempat akhwat?

Angga : afwan, ana tadi habis nyari gelas. Ditempat ikhwan gak tau kemana gelasnya

Aku : oh begitu ya kak. Baiklah kak, permisi, dinda mau lewat dulu.

Jantung ku berdebar, aku tak dapat menahan pandangan ku saat berhadapan dengan Kak Angga, ketua organisasi rohis di kampus ini. Dengan pakaian koko putih dan janggut tipis di dagu nya, ia terlihat sangat tampan dan gagah.

Aku sudah sangat mengagumi beliau sejak beliau menjadi panitia mahasiswa baru dikampusku. Bukan, aku bukan sekedar mengagumi nya, tapi aku juga mencintainya. Cinta yg ku biarkan diam dan tak satupun yg tahu tentang rasa ini.

Setdknya sebelum Iwan menyerang perasaanku kemarin, namun jika aku disuruh memiliih kak Angga atau Iwan, tentu aku memilih kak Angga, sebagai seorang yg bersahaja, sopan, dan mirip Khoirul Azzam di film Ketika Cinta Bertasbih.

Ah walaupun aku harus hidup dengan mencabut rumput seharian untuk mencari nafkah, aku ikhlas asalkan itu bersama kak Angga yg ku cintai ini. Menyadari aku yg hanya berdua dengan kak Angga di ruangan ini dan hanya dibatasi oleh selembar kain hijab berwarna hijau, aku ingin sekali mengajak beliau mengobrol segala hal.

Ingin mengenal beliau lebih dekat tapi aku tak berani, sementara debar jantung ku memaksaku untuk menghilangkan segala rasa penasaran tentang nya. Ku beranikan diri tuk memulai percakapan, tiba tiba mbak Heni datang.

Mbak Heni adalah akhwat satu angkatan dengan kak Angga. Ia memiliki porsi badan yg agak gemuk dan tentu saja payudara yg juga lebih padat. Beliau memakai jilbab berwarna kuning dan pakaian kemeja orange dan rok kuning juga.

Mbak Heni : assalamualaikum, dari tadi ukh?

Aku : wa’alaikumsalam, eh mbak heni. Nggak juga mbak, baru kok.

Mbak Heni : gak kuliah ya?

Aku : nggak ada mata kuliah mbak, mbak?

Mbak Heni : ada tapi dosen nya gak masuk, oh iya, anti (bahasa arab, artinya kamu – kepada perempuan, biasa dipakai diantara lingkungan ikhwan dan akhwat) sudah tahu belum ada modus kejahatan baru?

Aku : apa mbak? Dinda belum tahu

Mbak Heni : gini, mbak dapet info nih di BBM, katanya ada kejahatan yg mengincar wanita berjilbab khususnya akhwat kayak kita

Aku : loh kenapa harus akhwat?

Mbak Heni : gak tau juga sih ukh, mereka biasanya beroperasi di angkutan umum, nah anti kan suka naik angkutan umum nih jadi anti harus hati hati.

Aku : memangnya bentuk kejahatan nya gimana mbak?

Mbak Heni : jadi si pelaku itu punya semacam ilmu hipnotis atau gendam atau entah apa pokoknya semacam sihir gitu.

Nah kalo sudah kena ilmu nya itu, si penjahat akan melecehkan korbannya dan menyuruh korban nya mengeluarkan sperma si penjahat.

Mbak Heni merendahkan suaranya agar kak Angga tak mendengar percakapan kami. Mendengar pernyataan dari mbak Heni, aku teringat pada apa yg aku alami kemarin sewaktu diangkot. Aku disuruh mengocok k0ntol dua laki laki, yg satu menggunakan tangan ku dan satu lagi dengan kaki ku.
Aku : hmmm tapi kan mbak, kalo angkot nya rame mereka pasti gak berani.

Mbak Heni : nah itu dia hebatnya mereka, mereka bisa buat seluruh penumpang disitu tertidur semua, biasanya mereka juga kerja sama dengan sopir atau kondektur nya.

Bisa jadi, apa yg terjadi padaku kemarin adalah tindak criminal seperti yg diceritakan oleh mbak Heni.

Mbak Heni : ukh? Helo ukh? Kok melamun?

Aku : nggg,, nggak mbak. Cuma agak ngantuk

Mbak Heni : hmm, kirain anti sakit. Udah yuk rapat nya udah mau mulai, yg lain sudah diruang rapat. Yg pasti kita harus hati hati saja ya.

Aku : iya mbak

Mbak Heni : nanti kalo sudah wisuda trus ada yg ngelamar terima saja ya, biar ada yg jagain. Hehehe

Aku : ihhh mbak apaan deh, kan mbak duluan

Mbak Heni : ya maksudnya itu tadi kalimat buat mbak. Hehehe.. udah yuk, buruan.

Diruang rapat, aku memilih duduk di kursi paling belakang karena tak mampu menahan gejolak hati disaat memandang kak Angga yg memimpin rapat. Jantung ku makin berdebar cepat dan aku merasa gugup hingga ingin sekali ke toilet.

Aku minta izin pada kak Angga dengan gerogi dan cepat cepat ke toilet terdekat disitu. Karena aku memakai gamis, maka cukup sulit bagiki untuk mengeluarkan air seniku. Maka aku harus membuka celana training ku dulu dan menggantungnya di gantungan pintu toilet.

Perasaan ku lega saat air seni mengalir dari lubang kemaluan ku, namun masih saja ada rasa mengganjal dari memek ku. rasa yg sama seperti di kosan.

Ah jangan, apakah aku terangsang? Karena melihat kak Angga? Bagaimana aku bisa terangsang karena dia, padahal dia sendiri saja tak merangsang ku dan tak berpenampilan yg aneh.

Mengapa kini aku malah membayangkan bagaimana nanti jika kami menikah dan merayakan malam pertama kami dengan penuh cinta.

Seperti biasa, memek ku mulai basah dan jemari ku mulai bermain main disela sela lubang kenikmatan itu. aku terus mengelus memek ku dengan jemari ku dengan pelan dan menggigit bibir ku agar tak terdengar desahan kenikmatan ku. apa yg terjadi, aku bermasturbasi di toilet kampus.

Bagaimana jika ada yg mengintip seorang akhwat berpakaian syari dan yg kelihatan sangat alim ini sedang menikmati masturbasi nya.

Tangan ku bertumpu pada tembok toilet dan tangan satunya meraba raba klitorisku. Rasanya lebih nikmat daripada masturbasi di kosan, sensasi nya terasa lebih menantang. Ku lepaskan celana dalam ku yg sedari tadi masih menggantung di tengah paha ku.

Karena nafsu yg begitu merajai, aku nekat melepas semua pakaian ku didalam toilet kampus yg berukuran nya 1.5 m x 1.5 m itu. ku gantungkan pakaian ku di gantungan yg sama tempat aku menggantung celana training ku. begitu juga dengan bra ku yg ku gantungkan secara asal ditempat yg sama.

Kini aku telah telanjang bulat didalam toilet kampus dan memuaskan diriku dengan sepuas puasnya tanpa mengingat lagi berapa banyak orang yg lalu lalang didepan pintu toilet ini, kecuali kaus kaki selutut dan sepatu krem inilah yg menjadi penutup tubuhku.

Gosokan demi gosokan jemari ku nikmati sedalam mungkin sambil memek ku berdenyut pertanda aku telah dekat pada orgasme. Dan ku percepat gosokan tangan pada memek ku dan akhirnya aku orgasme. Orgasme pertama yg ku alami ditempat umum.

Kaki ku terasa lemas dan aku terduduk di lantai toilet yg kotor itu. tiba tiba, aku terkejut oleh suara pintu yg diketuk dengan kuat dan suara laki laki tua. Dengan buru buru aku mencari celana dalam ku yg ternyata terendam kedalam bak toilet karena hanya ku letakan dipinggir bak.

Lalu aku cepat cepat memakai training dan ku cari bra ku, tapi tak ada. Bagaimana bisa, padahal tadi sudah ku gantung disini. Suara ketukan pintu makin terdengar keras, mungkin orang ini sudah kebelet atau apa, sudah ku suruh agar ia memakain toilet lain saja tapi ia tetap saja mengetuk pintu toilet itu.

Dengan terburu buru, aku tak bisa lagi mencari kemana bra ku. maka dengan segera saja aku memakai gamis dan jilbab. beruntungnya ini adalah jilbab semi instan hingga aku tak perlu repot memakainya, hanya butuh dua atau tiga jarum pentul untuk memakainya.

aku membuka pintu toilet dan ku lihat tdk ada orang kecuali tukang sapu kampus dengan tangan nya yg berada dibelakang pinggang.

Aku : kenapa gak pake toilet lain pak, ini kan toilet mahasiswa

Tukang sapu : bukan mau ke toilet neng, tapi ngasih ini

Ia menjulurkan tangan nya sambil memegang sebuah bra hitam dengan motif border bunga di cup nya.

Tentu saja aku kaget dengan apa yg ia pegang itu sekaligus malu.

Aku : bukan punya aku pak. Bapak gak usah kurang ajar ya

Aku langsung saja keluar dari toilet dan melangkah cepat menuju ruang rapat. Kemudian tukang sapu itu berteriak padaku

Tukang sapu : tadi bapak ngeliat apa yg neng lakukan didalam toilet, enak ya neng?

Aku tak menggubris perkataan nya dan untung lah tempat itu cukup sepi dan ia pun tak memperkosa ku. tapi satu pertanyaan ku, bagaimana ia bisa mendapatkan bra ku dan tahu apa yg aku lakukan.

Ya, aku baru ingat, aku tak menggantung bra itu dengan benar dan kemungkinan terjatuh, sementara itu pintu toilet itu berjarak sejengkal dari lantai, bisa jadi dari sana ia melihat ku.

Tapi mengapa aku tak memikirkan itu sebelumnya hingga akhirnya ada yg melihat ku melakukan perbuatan itu. dan sekarang aku sudah tak memakai bra lagi, untuk kedua kali nya tak memakai dalaman diluar kamar.

Dan upsss, celana dalam ku, bukan kah tadi masih basah dan ku sampirkan di pinggir bak air? Ohh tdk, jika tukang sapu cabul itu menemukannya, tamatlah riwayatku. Ia pasti akan berpikir aku tak memakai apa apalagi dan bagaimana jika ia memerasku agar mau mengembalikan pakaian dalam ku. semoga saja tdk, dan semoga saja ia tdk mengenaliku.

Kini aku hanya tinggal memakai gamis pink berbahan Jersey dan jilbab hitam yg juga berbahan jersey. Sengaja aku memakai pakaian dengan bahan ini karena cuaca yg agak panas tapi malangnya aku karena bahan jersey ini lentur dan mencetak bentuk tubuh sehingga pantat dan payudara ku tercetak bulat dengan putting yg agak terlihat.

Apakah aku kembali dan meminta bra ku dari manusia mesum tadi? Lalu apa yg akan ku katakan? Ah tak perlu, aku bisa menutupi dada ku dengan tas ransel ku yg berada diruang rapat dan aku cukup berjalan agak cepat saja agar tak ada orang yg menyadari.

Ku rasa, semenjak aku senang bermasturbasi, payudara ku Nampak sedikit lebih besar dari sebelumnya. Dengan jalan ku yg agak cepat, payudara ku bergoyang goyang dan menyebabkan gesekan pada putting nya dengan kain gamis ku hingga buat ku merasa geli pada bagian tersebut.

Akhirnya aku kembali ke ruang rapat dan kembali melihat kak Angga dengan cerdasnya membawa rapat. Sudah berapa lama aku ketinggalan rapat ini, ah aku tak peduli. Niat ku mengikuti rapat ini mungkin sudah berubah karena ingin melihat kak Angga sang pujaan hati.

Sepulang rapat, aku lagi lagi harus berdiri di bus karena terlalu ramai. Bau keringat dan asap rokok hampir buat ku ingin pingsan. Tapi satu yg ku lupa, yaitu meletakan tas ku kedepan dada hingga payudara ku yg tercetak dari luar jilbab ku bergoyang goyang seiring dengan goyangan bus.

Banyak mata mata lelaki yg memandangi nya dengan nafsu dan buat ku sedikit risih, atau terangsang? Padahal pagi tadi aku melawan seseorang yg berusaha melecehkan ku di bus tapi kini aku merasa suka diperhatikan seperti ini, terbukti dari tangan ku yg tadi berusaha menutupi dada ku kini keduanya bergantungan pada besi gantungan di bus ini hingga membuat sisi kanan dan kiri jilbabku terangkat dan payudaraku makin terekspos.

Mungkin karena masih sedikit tersisa nafsu syahwat didalam diriku aku menjadi suka memamerkan tubuhku, tapi jika harus berpakaian terbuka aku tak akan berani. Cukup seperti ini saja yg aku berani.

Kemudian aku turun dari bus dan memasuki lorong menuju kosan ku. ku lihat keempat laki laki yg menggotong ku disaat aku pingsan sedang bermain kartu dipos kamling. Jantung ku berdebar kencang saat langkah kaki ku makin mendekati mereka. Ada dorongan kuat dari dalam diriku untuk menyapa mereka. Dan akhirnya ku ikuti dorongan itu,

Aku : selamat sore pak, terima kasih ya atas bantuan nya kemarin

Pak Dudung : eh iya neng, sama sama. Kami seneng kok bisa bantu neng

Ku tinggalkan mereka dan bergegas menuju kosan ku.

Ku ambil handuk dan aku menuju kekamar mandi. ku lepas jilbab ku dan ku gantung di belakang pintu kamar mandi. kini tubuhku sudah telanjang bulat.

Ku guyur air menggunakan timba mulai dari ujung kepala ku. terasa segar sekali. Ku pastikan seluruh bagian tubuhku terbasuh oleh air dan juga sabun. Setelah selesai mandi, aku segera keluar kamar dan ku pakai pakaian dalam lalu kemudian ku ambil rok panjang berwarna biru dan kaos lengan panjang berwarna kuning.

Selesai berpakaian, aku duduk ditepi kasur sambil menonton TV.

Seseorang : assalaamualaikum

Aku : wa’alaikumsalam, siapa?

Seseorang : Fitri, adik pak Endang

Aku gugup ketika ku tahu itu adalah Fitri. Kenapa ia datang kemari, apakah ia ingin berbicara soal yg kemarin, atau kah ada keperluan lain. Ah sudahlah, dengan sesame akhwat tak baik saling berburuk sangka. Ia pasti punya niat baik datang kesini. Aku langsung membuka pintu dan mempersilahkan ia masuk.

Ku persilahkan ia duduk diatas karpet ambal di kamar ku yg bergambar kartun Winnie The Pooh. Obrolan hangat pun terjadi antara kami, walau baru beberapa jam mengenal kami begitu cepat akrab dan membuat ku lupa akan kekhawatiran ku tentang kemungkinan Fitri yg melihat ku masturbasi kemarin siang.

Ternyata Fitri pindah ke kota karena mendapat panggilan kerja disini dan ia pun berniat untuk mengontrak salah satu kamar kos ditempat ini.

Ya, aku sangat senang jika ada seorang akhwat yg mengontrak disini. Fitri tak mau tinggal serumah dengan Pak Endang, karena trauma masa lalu nya dimana ketika ia masih SMA kelas X ia pernah digeraygi oleh kakak nya sendiri, yaitu Pak Endang ketika ia sedang tidur siang.

Tak hanya itu, ia pun sering dipaksa memuaskan nafsu syahwat kakak kandung nya dengan mengocok k0ntolnya lalu menumpahkan sperma nya ke wajah Fitri.

Tak ku sangka Fitri berani bercerita masalah itu padaku dan ku lihat ia cukup tegar, tak ada air mata atau ekspresi penyesalan yg ku lihat diwajahnya tatkala mengenang masa kelam itu.

Ia meminta izin untuk menginap semalam bersama ku mala mini. Tentu saja aku tak menolak karena aku bisa memiliki teman mengobrol malam ini. Ketika malam hampir tiba, ku kunci pintu dan jendela dank u tutup gorden dengan rapat.

Saat aku menoleh kearah Fitri, ia sudah melepas jilbab panjang putih nya dan hanya tinggal memakai gamis hijau muda dan kaos kaki krem nya. tak salah memang jika seorang akhwat melepas jilbab nya didepan akhwat lain namun aku sedikit terkejut ternyata Fitri memiliki rambut yg indah.

Rambutnya panjang sepunggung dan payudara nya lebih besar dari miliku. Dengan pakaian longgar yg ia gunakan, payudara nya masih terlihat besarnya.

Fitri : din, boleh aku buka gamis ku disini?

Aku : ehmmmm, iya boleh, Fit.

Fitri melarang ku memanggilnya dengan panggilan mbak,padahal usianya lebih tua dari mbak Heni.

Fitri melepas gamisnya dan menyisakan tanktop hitam dan celana legging hitam. Tubuh nya begitu bagus dan ramping, ditambah payudaranya yg ternyata sangat besar yg lebih terlihat dengan belahan nya sedikit mengintip dibalik tanktop ketatnya.

Fitri : kok liatin aku kayak gitu, din?

Aku : ah, gak apa mbak. Ternyata badan mbak bagus juga ya

Fitri : aku Cuma sering olahraga din.

Fitri memegang payudaranya dan sedikit menggoyangkannya.

Fitri : laki laki banyak yg suka perempuan dengan payudara besar, din. Maka nya aku suka terapi payudara aku biar suami ku nanti puas.

Dinda : ohh iya?

Aku canggung merespon perkataan nya yg mengarah ke hal yg lebih dewasa.

Fitri : kamu tau gak, ini dulu kak Endang loh yg suka remes pas aku SMA. Tiap gak ada orang dirumah dia suka remes payudara aku. Katanya biar suami aku suka nanti karena punya istri yg payudara nya besar

Aku bingung mau menjawab apa.

Fitri : mau ku ajari gimana besarin nya?

Muka ku memerah, aku tak menjawab apapun

Fitri : ciee kok muka nya merah? Gak usah malu din. Kita jaga rahasia kita saja ya.

Fitri mendekati ku dan berdiri di belakang ku. aku tak tahu apa yg akan ia lakukan sampai kedua telapak tangan nya menyentuh payudara ku dan meremasnya.

Fitri : nah remes gini bisa buat toket kamu tambah besar

Aku : apa? Toket?

Fitri : iya, toket, bukan payudara.

Fitri meremas payudara ku dengan sangat pelan dan lembut. Rasanya jauh lebih nikmat saat aku meremas payudara ku sendiri. Ahhh Fitri tdk hanya meremas toket ku tapi ia juga mencium tengkuk ku yg tak terbalut jilbab. geli, nikmat dan ahhh tak bisa diungkapkan dengan kata kata. Mungkin ini alasan banyak orang yg berpacaran dan kemudian terjerumus pada sex pra nikah.

Tapi, kini aku melakukan ini dengan seorang wanita, bukan laki laki. Bukan kah ini lebih salah dan menyalahi fitrah ku sebagai manusia? Tdk, ini tdk salah. Aku melakukan ini bukan untuk bersenang senang, bukan juga untuk berzina melainkan untuk melakukan terapi pembesaran payudara ku agar suami ku kelak senang.

Ya, ini benar, bukankah seorang istri wajib mempercantik dirinya demi kepuasan sang suami. Tangan ku menggenggam kedua tangan Fitri yg masih bermain di kedua payudaraku dan ikut meremasnya agar lebih kuat.

Fitri : kamu mau lebih dengan pelan atau lebih cepat?

Aku : shhh ahhh lebih cepat Fiittttt..

Fitri mempercepat remasan nya. sakit, tapi nikmat.

Tiba tiba ku singkirkan tangan Fitri dan buat ia sedikit marah.

Aku berbalik kearah Fitri dan menatap matanya. Dia pikir aku akan marah padanya namun ternyata aku mengangkat pakaian ku dan melepas bra ku. Fitri pun membuka tanktop nya dan melepas bra nya. kami sudah sama sama telanjang dada. Dan aku semakin iri melihat payudaranya yg sebesar itu.

Aku : Fit, kenapa kamu juga buka baju?

Fitri : biar enak saja, din. Kamu nurut saja ya

Aku : tolong buat punya ku jadi sebesar punya mu ya Fit.

Fitri tak menjawab apapun melainkan langsung meremas payudara kiriku dan mengecup putting kiriku. Ohh baru ini ku rasakan nikmatnya putting ku dikecup.

Aku : ahh Fit kenapa di kecup? Ah enak Fit, apa ini bagian dari terapi juga?

Fitri : iya, din. Kamu diem saja ya, gak usah protes.

Aku membusungkan dada ku, tubuhku mengejang dan tangan kanan ku telah bermain main di memek ku dari luar celana ku. ahhhh aku mendesah kecil menahan nikmat yg diberikan oleh Fitri.

Fitri makin mengecup putting ku dengan sangat kuat membuatku tak tahan akan kenikmatan ini. Memek ku makin basah dan tangan Fitri satunya pun telah aktif bermain di memek ku bersama dengan tangan ku yg juga sudah bermain disana.

Fitri : din, gentian kamu remes punya aku juga ya

Aku yg telah terbuai dengan terapi ini hanya menuruti perintah Fitri. Kami sudah sama sama berbaring di atas kasur dan tangan ku meremas payudara besar milik Fitri.

Fitripun meremas payudara ku dan merapatkan selangkangan nya ke selangkangan ku lalu menggesek gesekanya. Inilah kenikmatan dahsyat yg pernah ku rasakan.

Kemudian Fitri menghentikan remasan nya di payudaraku dan merubah posisi menjadi menciumi memek ku dari luar celana ku. yahhh nikmat sekali. Geli, nikma dan basah. Fitri melepaskan celana ku, awalnya ku tahan tangan Fitri agar tak sampai berbuat demikian.

Aku tahu jika ini akan berakhir seperti ini tapi kenapa harus dengan Fitri, seorang wanita? Apakah aku berjiwa lesbian? Kekuatan tangan ku kalah dan akhirnya celana ku telah terlepas dari pinggulku. Pertama kali nya aku telanjang didepan orang lain dan itu bukanlah suamiku melainkan seorang wanita. Aku telah pasrah. Apa yg akan ia lakukan.

Disatu sisi tubuhku menolak perbuat lesbian ini, disatu sisi yg lain aku menanti tindakan selanjutnya dari Fitri yg buat ku makin merasakan nikmat dunia. Fitri pun telah melepas semua pakaian nya tanpa sisa dan kini ada dua orang wanita bertelanjang diatas kasur dan ironisnya, kedua wanit itu adalah akhwat yg selalu menjaga kesucian nya.

Lalu Fitri mengambil sesuatu dari tas yg ia bawa. Aku merasa asing dengan benda itu. bentuknya lonjong panjang dan berwarna hitam. Ukurannya sekitar 30cm. setelah lebih dekat, benda itu mirip dengan gambar k0ntol yg ku lihat di internet kemarin.

Fitri : nah, dinda, kemarin aku lihat kamu lagi masturbasi dikamar ini. Sekarang aku beri kepuasan yg lebih hebat ya.

Aku : ahhh jangan.. jangan Fitri..

Aku halangi memek ku dengan kedua telapak tangan ku namun ia memukul pipi ku dengan mainan k0ntol nya itu. ia beranjak mengambil bra ku yg terjatuh dilantai dan mengikat tangan ku dengan bra itu.

Aku tak bisa melawan lagi, ditambah ketika ia menyumpalkan celana dalam ku kedalam mulutku. Aku pasrah. Aku tak mampu berbuat apa apa lagi. Aku tak menygka jika Fitri ternyata sejahat ini.

Fitri memasukan mainan k0ntol itu kedalam lubang memek nya disertai desahan seksi nya sambil ia goyangkan pinggulnya. Dan diujung mainan k0ntol itu terdapat kepala k0ntol yg sama dengan yg berada didalam memek Fitri.

Fitri mengarahkan kepala mainan itu ke lubang memek ku namun aku segera merapatkan kedua paha ku agar mainan itu tak masuk kedalam memek ku.

Fitri : jika kamu tak mau dimasukan, tak masalah, suatu saat kamu pasti akan mau. Sekarang, aku gesek gesekan di lobang nya dulu saja ya

Fitri menempelkan mainan itu kedepan memek ku dan menggesek geseknya. Antara nikmat dan sakit, penasaran dan bersalah bersandar didalam hatiku sehingga apa yg aku lakukan malah menggerakan pinggulku.

Setiap mainan k0ntol itu menggosok memek ku, mainan itu juga makin menancap kedalam memek Fitri dan membuat ia semakin mendesah. Bagaimana jika desahan nya terdengar oleh orang dikamar sebelah atau diluar?

Gesekan mainan itu makin cepat. Fitri makin mempercepat goyangan nya dan begitu juga aku. Ia meremas remas payudara ku dengan sangat gemas dan membuat ku hampir orgasme.

Gerakan kami makin berlomba seakan seakan sedang beradu mengejar orgasme dan akhirnya aku orgasme lebih dulu. Orgasme yg lebih berkesan nikmat sekaligus merasa bersalah.

Sementara Fitri memindahkan posisi tubuhnya dan mendekatkan memek nya yg masih tertancap k0ntol mainan itu ke wajah ku. ia ambil celana dalam yg ia gunakan menyumpal mulut ku.

Lalu ia paksa aku memasukan mainan k0ntol itu kedalam mulutku dan ia mendorong dorong mainan itu kedalam mulutku hingga akhirnya ia orgasme dan cairan memek nya menyemprot mengenai wajahku.

Aku terbatuk saat ia mencabut mainan itu dari mulutku dan ia berbaring di samping tubuhku. Aku menyesali perbuatan ini dan perlahan mata ku terpejam hingga di pagi hari aku terbangun dengan keadaan tangan masih terikat bra dan Fitri yg masih tertidur disampingku dengan masih telanjang dan k0ntol mainan yg juga masih tertancap di memek nya.

Kusentuh k0ntol mainan itu dank u teringat kembali kepada k0ntol preman yg menghipnotisku. Nampaknya ini adalah fase dimana kebinalanku makin menjadi jadi.