Hidup Mandiri
Aku Dina, saat ini aku sedang berkelana di Bali, sebabnya adalah karena aku bertengkar dengan ayahku (ibuku sudah meninggal). Ayahku mengatakan bahwa aku tidak produktif, karena tiap hari kerjaku hanya menghambur-hamburkan uangnya saja dengan belanja sana sini.
Memang aku ini maniak belanja, laper mata sehingga melihat apa saja yang bagus kubeli, padahal aku gak butuh-butuh amat. Kebetulan kondisi keuangan ayahku mendukung kebiasaan maniakku itu. Ayah sering menegurku karena kebiasaanku yang tidak produktif itu.
Aku tersinggung, sehingga timbul keinginanku untuk hidup mandiri, dan lokasi yang kupilih adalah Bali, kata temenku disana banyaklah kerjaan kalo mau kerja apa saja. Begitulah, akhirnya aku terdampar di Bali, seorang diri, tanpa sodara dan teman.
Mula-mula bingung juga aku mau ngapain. Aku settle di satu losmen yang murmer, untuk menghemat pengeluaranku. Mencari makan juga di warung-warung sederhana yang murmer juga. Cukup sengsara hidupku diawal-awalnya karena aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba kecukupan di rumah ayahku.
Tetapi tekadku untuk mandiri, lepas dari ayahku kupelihara teguh,rasa sengsara, perlahan-lahan menjadi biasa karena aku berusaha keras untukmenikmatinya. Segala macam usaha untuk mendapatkan uang walaupun sedikit aku lakukan, demikianlah aku kerja serabutan, apa saja kulakoni, kecuali yang satu itu, jual diri.
Terus terang saja, waktu tinggal dengan ayahku, aku mempunyai banyak pacar, dan dengan pacar-pacarku itu aku sering sekali mereguk kenikmatan sex. Ini yang kadang menyiksaku, hampir gak tahan aku menahan diri untuk tidak ngesex dengan lelaki yang banyak seliweran disekitarku.
Mereka suka dengan kecantikanku yang alami, warna kulitku yang kuning langsat, tubuhku proporsional, toketku gak besar tapigak bisa dibilang kecil.
Pinggulku agak besar, sehingga kalo lelaki melihat aku memakai celana ketat baik panjang maupun pendek, dari belakang pasti nafsu melihat gerakan pinggulku yang seirama dengan langkahku. Pinggulku menggeyol indah kekiri kekanan.
Ada juga lelaki bule yang ganteng banget, kayak aktor hollywood, yang terang-terangan ngajakin aku ngesex, malah dia menjanjikan segepok dollar amerika kalo aku bisa meladenin nafsunya, tapi aku masih coba bertahan untuk tidak menerima tawaran yang sangat-sangat menggiurkan itu,
Dapet uang dan dapet kepuasan sex, apalagi kan katanya kontol bule itu gede dan panjang. Kontol pacar-pacarku ya standard ukuran orang kitalah, walaupun harus diakui aku mendapat kenikmatan juga dari kontol-kontol standard itu.
Sampe satu siang, ketika aku berjalan didepan sebuah rumah makan, tiba-tiba ada sebuah sedan mewah yang memotong didepanku, sehingga aku terjatuh. Dari dalem mobil mewah itu keluar lelaki. Melihat wajahnya, rasa marah yang meluap-luap karena aku diserempet sampe jatuh walaupun gak sampe lecet-lecet, sirna seketika.
Lelaki itu sangat tampan, bodynya sangat atletis. Dia segera menolongku bangkit sambil minta maaf dengan sangat. “Wah mbak, maaf sekali ya, saya sedang terburu-buru, sehingga gak liat mbak lagi jalan. Ada yang luka mbak, ayo saya antar ke rumah sakit”.
“Gak kok mas, cuma kaget saja”. Dia mengeluarkan hp nya, dia berbicara dengan seseorang untuk mengcancel pertemuannya siang ini. “Wah mbak, sebagai permintaan maaf dan bersyukur karena mbak gak sampe luka, gimana kalo saya traktir makan siang di resto ini”.
Aku melihat nama restonya, wah ini resto mewah yang makanannya mahal-mahal, di deket rumah ayahku juga ada resto ini. “Ya deh mas, atau saya manggil apa enaknya??”.
“Saya Doni, mo manggil mas bole, manggil nama juga bole kok. Kalo mbak?” “Aku panggil mas aja deh ya, kayanya mas jauh lebih tua dari aku. Aku Dina, mas”. Aku digandengnya masuk restoran yang terletak dipinggir pantai.
Kelihatannya dia sudah menjadi pelanggan resto ini, kelihatan dari banyaknya waitters yang kenal dia. Dia milih tempat menghadap kelaut. “Mau makan apa mbak?” “Jangan panggil mbak ah, Dina aja”. “Ya deh, Dina mau makan apa?”.
“Aku ikutan mas aja deh, mas kan yang tau menu yang enak-enak dari restoran ini”. “Doyan seafood kan?” “Doyan mas, aku apa juga aku makan, kecuali batu ma kayu ma beling”. “Bisa aja kamu, kok beling”. “Soalnya aku belon belajar ilmu kuda lumping”. Tertawanya berderai mendengar guyonanku.
“Bener kan tadi gak apa-apa kamu Din”. “Gak apa kok mas, aku cuma kaget”. “Sekarang masih kaget?” “Masih mas”. “Lo kok masih kaget”. “Ya mas, kaget, kok ada ya lelaki didunia ini yang seganteng mas”. “Bisa aja kamu”.
Demikianlah selama makan, kami bercanda. Setelah makan selesai, dia bertanya lagi. “Kamu ke bali dalam rangka apa Din?”. aku menceritakan kondisiku dengan ringkas. “Ohh, kamu lagi cari kerjaan toh, ditempatku aja, mau?”
“Jadi apa mas”. Aku perlu asisten buat koordinir kerjaan di rumahku, ya kerjaan rumah tangga lah”. “Jadi pembantu gitu?” “Ohh enggaklah, masak perempuan secantik dan seseksi kamu dijadiin pembantu. Kayak kepala house keeping gitu, mau gak, boleh tinggal dirumahku kok, gratis, makan minum juga gratis”.
“Tapi gak dapet gaji?” “Ya dapet lah, mau ya. butuhnya urgent neh, kalo gak kasian asistenku yang sekarang ini, dia dah bantu aku di pekerjaan, masih juga ketiban kerjaan ngurus rumahku”.
“Iya deh, buat mas yang ganteng apa sih yang enggak?” “Oke kalo gitu mulai hari ini ya, abis makan kita ambilbarang-barang kamu dari losmen, dan kerumahku. Aku akan kasi kamu gaji 5jt sebulan. “Mau mas”.
Demikianlah aku pindah dari losmen murahan kerumahnya yang lebih besar lagi dari rumah ayahku. Aku diperkenalkan kepada sejumlah pembantu, ada yang urusan membersihkan rumah, cuci mencuci, masak memasak dan membersihkan dan merawat kebunnya yang luas, disamping ada seorang driver.
Mereka semua hormat padaku, karen aku diperkenalkan sebagai kepala house keeping. Aku diajak ke satu kamar, besarnya seperti kamarku dirumah ayahku, ada soundsystem dan tv besar, pake ac pula. “Wah mas, enak banget ya kerja ma mas”.
“Ya udah, kamu sosialisasi ma para pembantu, aku mesti pergi ke kantor ya”. Aku ditinggal bersama sejumlah pembantu, aku mencoba akrab dengan mereka semua dengan bersikap merendah.
“Ibu bapak, aku cuma kebetulan disuruh jadi kepala house keeping, tapi aku tuh pasti kalah pengalaman ma ibu bapak, jadi kerjaan kita kroyok rame-rame ya, aku bersedia kok melakukan kerjaan ibu bapak juga”.
Mereka senang karena aku gak sok-sokan, mentang-mentang ditunjuk jadi kepala, sebentar saja aku dah bisa berakrab-akrab dengan mereka semua, ngatur kerjaan dengan mereka semua. Cuma mereka sungkan kalo aku mebantu melakukannya.
Ya udah akhirnya ya kalo mereka sibuk banget aku bantu, kalo enggak ya aku santai saja. Di halaman belakang rumah ada kolam renang yang lumayan luas, kerjaan pak bon yang membersihkan kolam yang jarang sekali dipake seminggu sekali.
Aku dengan segala senang hati membantu pak bon yang dah berumur itu membersihkan kotoran yang nempel didinding kolam. Dengan pak sopir, aku juga bisa berakrab-akrab, apalagi pak sopirlah yang mengantarkan aku membeli semua keperluan rumah tangga, dan diriku sendiri, dengan catatan si mas gak make mobilnya.
Kadang karena tau aku perlu banget pergi, si mas rela nyetir sendiri kekantornya supaya pak sopir bisa nganterian aku kesana kemari dengan mobil satunya lagi, gak semewah mobil si mas yang pasti, tapi cukuplah untuk beli-beli ini itu.
Maklumlah si mas itu pengusaha yang sukses dalam bisnis mobil mewah import build up. Demikianlah aku menjalani hari-hariku dengan segala senang hati, kerjaan gak berat-berat amat, uang berlimpah karena semua kebutuhan hidupku dipenuhi si mas,
Malah kadang si mas membelikan aku pakaian kalo aku harus ikut bantu di kantor. Kadang ada event besar dimana aku juga harus turut bantu asisten yang satunya lagi. Nyaman sekali kan.
Sampe suatu malem, si mas ngetok kamarku. “Napa mas?” “Aku lagi bete Din, temenin aku keluar yuk”. Tumben dia ngajak aku keluar, biasanya aku liat di kantor, banyak perempuan-perempuan muda yang cantik-cantik yang seliweran disekitarnya.
“Loh, kan biasanya mas jalan ma mbak ajeng apa mbak Lina”. “Aku bosen ma mereka Din, mereka tuh cuma ngincer uangku aja, makanya penuh basa basi dan kayak pake topeng gitu”. “Trus koq mas ngajak aku?”. “Sejak aku ketemu kamu, kamu kayaknya memperlakukanku apa adanya.
Kamu keliatan sekali melakukan kerjaan kamu dengan senang ati”. “Lah iyalah mas, mana ada kerjaan yang lebih asik dari membantu mas ngurus rumah besar ini, santai, trus mas ngasi duitnya besar lagi, utuh lagi, karena semua kebutuhanku mas penuhi.
Makanya buru-buru cari permaisuri dong mas,jadi mas gak sepi dirumah besar ini”. “Ada kamu koq yang bisa bikin aku tentram, ngobrol ma kamu kayaknya ngobrol ma orang yang dah lama aku kenal, padahal kamu baru 3 bulan ya dirumahku”.
Aku dibawanya ke dermaga dipinggir laut, sambil berjalan-jalan menikmati angin laut yang cukup kencang, kami ngobrol saja sambil berjalan menyusuri dermaga yang menjorok kelaut. Sampe diujung, kami duduk ditangga yang turun ke bebatuan ditengah laut, angin cukup kencang menyapu ombak,
Sehingga ketika ombaknya memecah di bebatuan, airnya memercik tinggi sekali, basah deh pakaian kami. “Mas dingin nih lama-lama disini, bisa basah semua bajuku”. Aku saat itu memakai jins ketat dan tanktop ketat sehingga lekak lekuk bodyku keliatan dengan jelas.
Aku kadang melihat juga sebersit kesan nafsu dipandangan mata si mas. Biar aja, lelaki normal pasti juga gitu kalo ngeliat aku. “Ya udah, balik yuk, kita cari minuman anget aja ya, dipantai kayaknya ada deh warung kopi atau semacam itu.
Kembali dia menggandeng tanganku, karena dia sering menggandeng tanganku kalo sedang berjalan berdua aku, aku diem saja. Sesampai dipantai, kami mampir di warung kopi itu. Ramai juga suasana.
Ada beberapa perempuan muda yang menyapa si mas, tapi begitu melihat ada aku, mereka gak jadimendekat. “Mas, terkenal ya, banyak temennya”. “Iya mereka kan pake topeng, yang disapa itukan duitku”.
Pulang kerumah, dia bilang, “Din aku mo berenang, mau ikutan gak?” “Dah malem gini koq berenang sih mas, kan dingin”. “Justru kalo malem gini berenang airnya anget, bisa bikin relax, jadi gampang tidurnya”. “Aku gak punya pakean renang, mas”.
“Aku punya bikini, kamu mau pake?” “Siapa punya mas, cewek-cewek mas ya?”. “Ah enggak, aku perna beli buat ole-ole tapi akhirnya gak jadi aku kasi, buat kamu aja ya”. Dia masuk kekamarnya dan keluar membawa bikini itu.
“Seksi amat mas bikininya”, kataku karena bikininya mini sekali. “Perempuan seksi kudu pake pakean seksi dong”. Karena saat itu dah malem, para pembantu dah istirahat. “Tuh ganti aja dikamar bilas”, katanya menujuk ke satu bangunan pondokan yang merupakan kamar bilas.
Aku masuk kesana, membuka pakeanku dan mengenakan bikini mini itu. Ketika aku keluar si mas dah nunggu aku didepan memakai celana gombrong. “Wah seksi kamu Din”. Karena mini makanya sebagian besar bodyku terpampang dengan jelas.
Toketku gak tertutup bra semuanya sehingga belahannya kelihatan dengan jelas. Apalagi jembutku yang lebat, ngintip dari belahan kaki cd nya. Kupikir ya biarlah dia menikmati tubuhku, cuma ngeliat aja gak apa, pikirku. Kami berenang mondar mandir beberapa kali.
“Din, kamu nafsuin deh”, bisiknya ketika kami istirahat dipinggir kolam. Wah signal-signal gak beres neh, pikirku. Tapi aku diem aja, “Udahan yuk mas, dingin lama-lama”. “Aku mau koq ngangetin kamu”, katanya sambil memelukku dan mencium bibirku.
“Din, dah lama aku suka ma kamu, terangsang ma body kamu. Kamu mau ya Din ngeladenin aku malem ini”. Ciumannya asik, kumisnya menggesek bibirku, apalagi selama dia mengulum bibirku, tangannya asik memerah toketku dari luar braku.
Bendunganku bobol juga, sekian lama aku menahan nafsuku untuk gak mikirin sex akhirnya gak ketahanan juga. aku diem saja ketika dia menggandengku masuk ke kamarnya. Pakean luar ku dan punyanya kutenteng masuk kekamarnya.
Dikamar, kembali dia memelukku dan mencium bibirku, lembut dan lama. Aku agresif sekali menyambut ciumannya, maklum deh aku dah nahan nafsuku lama sekali, sekarang ada yang kasih kesempatan, aku gak bisa nahan diri lebih lama lagi.
Dia terus mencium bibirku dan mulai dilumatnya dengan penuh nafsu. Aku membalas lumatannya juga. “Din, aku suka sama badanmu yang montok”, katanya sambil menciumi leherku. Aku diam saja, cuma mengusap-usap punggungnya.
Tangannya mulai meremas2 toketku. Gak lama kemudian dia melepaskan braku. Ciumannya menjalar menyusuri leherku dan belakang kupingku. Aku menggelinjang kegelian, “Geli mas “. Aku makin menggeliat ketika lidahnya menyelusuri toketku dan turun di belahannya.
Dia terus memainkan lidahnya di toketku tapi tidak sampai kepentilnya. “mas diisep pentilnya dong, nanti Dina isep kontol mas juga”, aku mendesah-desah. Dia terus saja menjilati daerah sekitar pentilku, tapi pentilnya tidak disentuh.
Kemudian ciumannya turun ke arah perutku sambil tangannya mengusap-usap daerah memekku. Aku gak tahan lagi, kepalanya kutarik dan kudekatkan ke pentilku. “Diisep dong mas “, rengekku. Dia segera mengisap pentilku dan tangannya meremas toketku. “Terus mas , diisep yang keras mas, enak mas akh”, erangku.
Dia mengemut pentilku bergantian, demikian pula toketku diremasnya bergantian. Sesekali tangannya mengelus-elus itilku dari luar CDku. Aku bangkit, kulepas semua yang menempel dibadannya. Kontolnya yang besar dan panjang sudah ngaceng dengan kerasnya.
“Kontol mas besar dan panjang ya mas , keras banget lagi”, kataku sambil menciumi kontolnya dan kukenyot kepalanya. Kepalanya kemudian kujilati dan jilatanku turun ke arah bijinya. Seluruh kontolnya kujilati.
“Enak Din terusin dong emutannya”, katanya. CDku langsung dilepasnya, “Din, jembutmu lebat banget”, katanya sambil mengelus-elus jembutku yang tambah basah karena lendir memekku.
Aku dibaringkan diranjang dan kemudian dia memutar tubuhnya sehingga posisinya menjadi 69. Dia mulai menjilati memekku. “Enak mas, terus”, erangku keenakan. Aku makin menggelinjang ketika lidahnya menyentuh itilku.
Kontolnya kuemut dengan keras, kepalaku mengangguk-angguk mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Karena nafsuku yang sudah berkobar, akhirnya aku gak bisa bertahan lebih lama lagi, aku nyampe karena itilku dikenyot-kenyotnya, “Mas, aku nyampe mas, aakh”.
Kontolnya kukocok dengan cepat dan keras sambil menikmati orgasmeku. “Din, aku mau ngecret juga nih”, katanya terengah. Segera kepala kontolnya kuemut lagi dan kukenyot dengan keras, tanganku terus mengocok kontolnya sampai akhirnya dia ngecret dimulutku.
Banyak banget pejunya nyembur sampe meleleh keluar dari bibirku. Kontolnya terus kukenyot sampe denyutan ngecretnya hilang baru kulepas. Pejunya kutelan tanpa rasa jijik,
“Din nikmat banget ya emutanmu, pastinya emutan memekku lebih nikmat lagi ya”, katanya terengah. Aku berbaring disebelahnya, kupeluk badannya. Belum dientot saja dia sudah menggiring aku ke kenikmatan.
Setelah itu kami membersihkan diri di kamar mandi. Didalam kamar mandi pun kami saling membersihkan badan. Kontolnya mengeras lagi ketika kukocok pelan, aku jongkok didepannya dan mengemut kontolnya lagi, langsung saja kontolnya ngaceng dengan kerasnya.
Kepalaku bergerak maju mundur memasuk keluarkan kontolnya dimulutku. Dia gak bisa menahan diri lagi, langsung dia duduk di toilet, aku dipangkunya menghadap dirinya, sambil mengarahkan kontolnya ke memekku.
Segera kontol besarnya nancep dimemekku, terasa sekali memekku melebar untuk menampung kontolnya yang dienjotkan pelan-pelan sehingga makin nancep di memekku, “Enak mas, ssh”.
Aku mengenjotkan badanku maju mundur supaya kontolnya bisa nancep dalem di memekku, dia pun mengenjotkan kontolnya juga sehingga terasalah gesekan kontolnya dimemekku. Nikmat banget rasanya.
Sedang nikmat-nikmatnya, tiba-tiba dia berhenti mengenjotkan kontolnya. Dia menyuruhku memutar badanku tanpa mencabut kontolnya dari memekku. Ceritasex.site
Aku disuruhnya nungging sambil berpegangan di wastafel. Mulailah dia mengenjotkan kontolnya dari belakang. Sambil mengenjot, toketku yang mengayun-ayun seirama enjotannya diremas-remasnya. “Akh mas , nikmat banget mas.
Kontol mas nancepnya dalem banget mas. Sesek memekku rasanya, gesekan kontol mas kerasa banget, enjot terus yang cepet mas, aku udah mau nyampe lagi”, erangku. “Cepet banget Din”, katanya. “Abis nikmat banget sih mas kontolnya, jadi aku gak bisa nahan lagi”, erangku.
Dia makin cepat mengenjotkan kontolnya keluar masuk sampe akhirnya aku menggelinjang dengan hebat, “Akh mas, aku nyampe lagi, aku lemes mas “, erangku terengah-engah. Karena aku mengeluh lemes, dia mencabut kontolnya yang masih perkasa dan minta diemut lagi.
Dia kembali duduk di toilet dan aku berlutut didepannya. Kembali kontolnya kuemut-emut sambil kukocok-kocok dengan cepat dan keras, sampe akhirnya, “Din, aku ngecret lagi Din”. Dia memuntahkan pejunya lagi didalem mulutku.
Walaupun ini yang kedua, pejunya tetep saja banyak. Seperti tadi pejunya kutelen sambil terus mengemut kontolnya. Kami balik keranjang dan berpelukan, gak lama kami tertidur, penuh rasa kenikmatan terutama buat aku.
Subuh aku terbangun, segera aku memakai pakeanku dan keluar dari kamarnya, kalo maen lagi bisa keterusan tidurnya, nanti jadi bahan gosip orang serumah lagi.
“Mas lanjutin nanti malem lagi aja ya, biar gak ada yang tau”, kataku sambil meninggalkan kamarnya. Belum ada yang bangun sehingga aku mengendap-endap menuju kamarku.
Dikamarku, aku melepas semua yang kukenakan, berbaring dan meraba-raba seluruh badanku, masih terasa bagimana besarnya kontolnya menyesaki memekku. Nafsuku timbul lagi, aku menahannya, nanti malem kan bakalan ada ronde berikutnya.
Leave a Reply